BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan IPTEK sangat mempengaruhi perkembangan ilmu keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan
profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah pada saat memberikan discharge planning
Discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang
lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Discharge
planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk
mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang
berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan.Perencanaan pulang (discharge planning) diruang Ruang Marwah 1 RSU
Haji Surabaya sudah
berjalan yang dilakukan oleh perawat. Namun, belum optimal karena dilakukan secara lisan tanpa ada
ketersediaan leafleat.
Berdasarkan
kondisi tersebut, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Surabaya akan melaksanakan roleplay tentang discharge planning pasien berdasarkan Konsep
Asuhan Keperawatan Profesional di Ruang Marwah 1 RSU
Haji Surabaya .
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Setelah dilakukan roleplay discharge
planning, mahasiswa mampu melaksanakan sesuai dengan kaidah penatalaksanaan discharge planning.
1.2.2
Tujuan Khusus :
a. Mampu menyiapkan pasien dan keluarga yang akan pulang dari
rumah sakit secara fisik, psikologis, dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
c. Memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga tentang rencana tindakan keperawatn
yang akan diberikan beserta rasionalnya.
d. Membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam
memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien maupun keluarga
e. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
f. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
1.3
Manfaat
1.3.1
Bagi Perawat
a.
Perawat dapat membina hubungan
saling percaya dengan pasien dan keluarga pasien.
b.
Meningkatkan
komunikasi antara perawat dan pasien atau keluarganya.
c.
Memudahkan
perawat untuk memantau dosis obat yang diminum oleh klien..
d.
Meningkatkan
keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
1.3.2
Bagi Pasien
a.
Tercapainya
kepuasan pasien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan.
b.
Menurunkan tingkat kecemasan
pasien maupun keluarga pasien.
c. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan
perawatan dirumah
d. Membantu pasien memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
1.3.3
Bagi Institusi
a.
Terciptanya model asuhan
keperawatan professional, khususnya dalam hal pemberian
discahrge planning pada pasien yang akan pulang
b.
Membantu mengembangkan asuhan keperawatan profesional dalam
rangka meningkatkan asuhan keperawatan profesional yang akan datang.
c.
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan profesional sesuai
dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakat yang semakin maju dan
berkembang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Discharge Planning
Kozier
(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien
untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di
luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Discharge planning yang efektif
seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa
keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa
yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan.
Sedangkan
definisi discharge planning menurut Bull (2000) merupakan suatu proses interdisiplin
yang menilai perlunya sebuah perawatan tindak lanjut dan seseorang untuk
mengatur perawatan tindak lanjut tersebut kepada pasien, baik perawatan diri
yang diberikan oleh anggota keluarga, perawatan dari tim profesional kesehatan
atau kombinasi dari keduanya untuk meningkatkan dan mempercepat kesembuhan
pasien.
2.2.
Tujuan Discharge
Planning
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan
dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam (2011)
tujuan discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:
1.
Menyiapkan pasien dan
keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
2.
Meningkatkan kemandirian
pasien dan keluarga.
3.
Meningkatkan keperawatan
yang berkelanjutan pada pasien.
4.
Membantu rujukan pasien pada
sistem pelayanan yang lain
5.
Membantu pasien dan keluarga
memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6.
Melaksanakan rentang
keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau discharge teaching dari tim kesehatan.
Menurut William & Wilkins (2009) discharge teaching harus melibatkan
keluarga pasien atau perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan
home care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar pasien:
1.
Memahami mengenai
penyakitnya
2.
Melakukan terapi obat secara
efektif
3.
Mengikuti aturan diet secara
hati-hati
4.
Mengatur level aktivitasnya
5.
Mengetahui tentang perawatan
yang dilakukan
6.
Mengenali kebutuhan
istirahatnya
7.
Mengetahui komplikasi yang
mungkin dialami
8.
Mengetahui kapan mencari
follow up care
2.3.
Manfaat Discharge
Planning
Perencanaan pulang mempunyai
manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2011):
1.
Memberi kesempatan kepada
pasien untuk mendapat panjaran selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan
sewaktu di rumah.
2.
Tindak lanjut yang
sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinutas keperawatan pasien.
3.
Mengevaluasi pengaruh dari
intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan
atau kebutuhan keperawatan baru.
4.
Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
keperawatan rumah.
Sedangkan menurut Doengoes, Moorhouse & Murr (2007) banyak sekali
manfaat yang didapatkan dari discharge planning, diantaranya adalah:
1.
Menurunkan jumlah kekambuhan
2.
Penurunan perawatan kembali
ke rumah sakit dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali
untuk beberapa diagnosa
3.
Membantu pasien untuk
memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan
4.
Setelah pasien dipulangkan, pasien
dan keluarga dapat mengetahui apa yang telah dilaksanakan, apa yang harus dan
tidak boleh dilakukan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan
status kesehatan pasien
5.
Ringkasan pulang dapat
disampaikan oleh perawat praktisi atau perawat
home care dan mungkin dapat dikirim ke dokter yang terlibat untuk
dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan
dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan.
2.4.
Prinsip Discharge
Planning
Tingkat keberhasilan dari discharge planning serta penyembuhan pasien
harus didukung terhadap adanya prinsi-prinsip yang mendasari, yang juga
merupakan tahapan dari proses yang nantinya akan mengarah terhadap hasil yang
diinginkan. Menurut Department of health (2004) dalam buku karya Liz Lees
(2012) disebutkan ada beberapa prinsip dalam discharge planning, diantaranya
adalah:
1.
Mempunyai pengetahuan yang
spesifik terhadap suatu proses penyakit dan kondisinya
2.
Dapat memperkirakan berapa
lama recovery pasien, serta perbaikan kondisi yang muncul dari proses
penyembuhan tersebut
3.
Melibatkan serta selalu
berkomunikasi dengan pasien, keluarga atau pengasuh dalam proses discharge
planning
4.
Turut serta dalam menangani
masalah dan kesulitan yang mungkin akan muncul terhadap pasien
5.
Melibatkan suatu proses
dalam tim multidisiplin
6.
Selalu mengkomunikasikan
rencana yang akan dilakukan dengan tim multidisiplin untuk menghindari adanya
kesalahan
7.
Membuat suatu arahan yang
tepat dan tindak lanjut yang sesuai dengan hasil
8.
Memiliki suatu koordinasi
tim untuk tindak lanjut rencana perawatan berkelanjutan dan memiliki informasi
tentang nama tim kesehatan yang bertanggung jawab untuk setiap tindakan, serta
dalam kasusu yang kompleks dilakukan identifikasi satu pemimpin kasus
9.
Disiplin, tegas serta selalu
melaksanakan aktivitas dari discharge planning
10.
Meninjau dan selalu
memperbarui rencana untuk progress yang lebih baik
11.
Selalu memberikan informasi
yang akurat terhadap semua yang terlibat.
Sedangkan beberapa prinsip pada pelaksanaan discharge planning menurut
Nursalam (2011), yaitu:
1.
Pasien merupakan fokus dalam
perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan
dievaluasi.
2.
Kebutuhan dari pasien
diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada
saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang mungkin timbul di
rumah dapat segera diantisipasi.
3.
Perencanaa pulang dilakukan
secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan
setiap tim harus saling bekerja sama.
4.
Perencanaan pulang
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana
yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga
yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5.
Perencanaan pulang dilakukan
pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien masuk tatanan pelayanan
maka perencanaan pulang harus dilakukan.
2.5.
Jenis Discharge
Planning
Chesca (1982) dalam Nursalam (2011) mengklasifikasikan jenis pemulangan
pasien sebagai berikut:
1.
Conditioning discharge
(pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi
pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di
rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
2.
Absolute discharge (pulang
mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan
rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakukan kembali.
3.
Judicial discharge (pulang
paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan
tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan
kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.
2.6.
Komponen Discharge
Planning
Ada beberapa komponen spesifik dari discharge
planning yang harus didokumentasikan menurut Kowalski (2008),
meliputi:
1.
Peralatan atau barang yang diperlukan dirumah; pastikan bahwa keluarga
dapat memperoleh atau mengetahuinya dimana keluarga dapat mendapatkan segala
peralatan atau barang yang dibutuhkan pasien
2.
Perkenalkan cara penggunaan peralatan atau barang yang diperlukan pasien,
termasuk ajarkan dan demonstrasikan cara perawatan pasien kepada keluarga
3.
Untuk diet, sarankan pada ahli nutrisi untuk mengajarkan pasien dan
keluarga agar memahami makanan yang seharusnya dikonsumsi maupun tidak.
4.
Obat-obatan selalu dipastikan selalu tersedia di rumah
5.
Untuk prosedur tertentu, seperti penggantian dresssing, dapat
dilakukan dirumah. Pada kondisi awal, prosedur harus didampingi oleh perawat
supervisi dan klien atau keluarga dapat mengikuti untuk mempraktekkan dibawah
pengawasan perawat supervisi
6.
Pada setiap kunjungan, perawat selalu mendokumentasikan apakah pasien dan
keluarga mendapatkan atau menyediakan obat atau alat yang dibutuhkan pasien
dirumah
7.
Membuat janji untuk kunjungan rumah selanjutnya
8.
Ajarkan mengenai aktivitas yang dianjurkan dan boleh dilakukan serta yang
tidak diperbolehkan
9.
Dokumentasikan setiap edukasi yang telah diajarkan pada pasien dan keluarga
Menurut
CADPACC (1995) dalam Gielen (2015) ada beberapa komponen sebelum dilakukannya
discharge planning, yaitu:
1.
Identifikasi dan kaji apa
yang kebutuhan pasien yang harus dibantu pada discharge planning
2.
Kolaborasikan bersama
pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk memfasilitasi dilakukannya
discharge planning
3.
Mengajarkan kepada pasien
dan keluarga tentang strategi pencegahan agar tidak terjadi kekambuhan atau
komplikasi
4.
Rekomendasikan beberapa
pelayanan rawat jalan atau rehabilitasi pada pasien dengan penyakit kronis
5.
Komunikasi dan koordinasikan
dengan tim kesehatan lainnya tentang langkah atau rencana dari discharge
planning yang akan dilakukan.
2.7.
Tahapan Discharge
Planning
1.
Tahap I : Saat pasien masuk
mengenai pengkajian fisik psikososial, status fungsional, kebutuhan pendidikan
kesehatan mengenai komdisi pasien serta pemahaman pasien dan keluarga dari
disiplin klinis lainnya seperti fisoterapis atau ahli gizi
2.
Tahap II : Fase Diagnostik,
yaitu kebutuhan pendidikan kesehatan mengenai kondisi pasien serta pelaksanaan,
pemeriksaan diagnostik pasien itu.
3.
Tahap III : Fase
Stabilisasi, yaitu saat kondisi pasien telah stabil dan sudah adanya perkiraan
kapan pasien pulang dengan melakukan pendidikan kesehatan dan diskusi mengenai
rencana ke depannya setelah pasien pulang.
4.
Tahap IV : Fase Recharge,
yaitu saat pasien akan pulang dengan melakukan diskusi dengan keluarga pasien
mengenai pengawasan pada pasien di luar rumah sakit.
2.8.
Mekanisme Discharge
Planning
Discharge planning mencakup kebutuhan seluruh pasien, mulai dari
fisik, psikologis, sosial, budaya, dan
ekonomi. Proses ini tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan
berkelanjutan. Pada fase akut, diutamakan upaya medis untuk segera melaksanakan
discharge planning. Pada fase transisional, ditahap ini semua cangkupan pada
fase akut dilaksankan tetapi urgensinya berkurang. Dan pada fase pelayanan
berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah
pemulangan. (Perry & Potter, 2005).
Perry dan Potter (2005), menyusun format discharge planning sebagai berikut:
1.
Pengkajian
a.
Sejak pasien masuk kaji kebutuhkan discharge planning pasien,
focus pada terhadap kesehatan fisik, status fungsional, sistem pendukung
sosial, finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, pendidikan,
serta tintangam terhadap keperawatan.
b.
Kaji pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubunga dengan
kondisi yang akan diciptakan di rumah tempat tinggal pasien setelah keluar dari
rumah sakit sehingga terhindar dari komplikasi
c.
Kaji cara pembelajaran yang disukai oleh pasien agar pendidikan kesehatan
yang diberikan bermanfaat dan dapat ditangkap oleh pasien maupun keluarga. Tipe
materi pendidikan yang berbeda – beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran
yang berbeda pada pasien.
d.
Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti
ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar
mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah
dapat dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).
e.
Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengkaji kebutuhan
untuk rujukan pelayanan kesehatan rumah maupun fasilitas lain.
f.
Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan
kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan
keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien.
Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara
terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang
sebenarnya atau keragu-raguan diantara keduanya.
g.
Kaji penerimaan pasien terhadap penyakit yang sedang diderita berhubungan
dengan pembatasan.
h.
Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang
kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik
spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan
rujukan pada waktu yang berbeda
2.
Diagnosa
Keperawatan
Perry dan
Potter (2005) adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:
a.
Kecemasan, hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.
b.
Tekanan terhadap care giver, hal yang menyebabkannya adalah ketakutan.
c.
Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah, pasien mengalami
defisit perawatan diri
d.
Stres sindrom akibat perpindahan, hal ini berhubungan dengan upaya
meningkatkan pertahanan/pemeliharaan di rumah.
3.
Perencanaan
Perry dan Potter (2005) hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a.
Pasien atau keluarga sebagai
caregiver mengerti akan keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau
fasilitas lain), penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan .
b.
Pasien dan keluarga mampu
mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri.
c.
Rintangan kepada pergerakan
pasien dan ambulasi telah diubah dalam
setting rumah.
4.
Penatalaksanaan
Perry dan
Potter (2005) penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu
penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan
penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.
a.
Persiapan Sebelum Hari
Pemulangan Pasien
1)
Menganjurkan cara untuk
merubah keadaan rumah demi memenuhi kebutuhan pasien.
2)
Mempersiapkan pasien dan
keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan
komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.
3)
Setelah menentukan segala
hambatan untuk belajar serta kemauan
untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin selama
dirawat di rumah sakit. Pamflet,
buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien muapun sumber yang
yang dapat diakses di internet.
4)
Komunikasikan respon pasien
dan keluarga terhadap penyuluhan dan
usulan perencanaan pulang kepada anggota
tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien.
b.
Penatalaksanaan Pada Hari
Pemulangan
Perry dan Potter (2005) berpendapat apabila beberapa aktivitas berikut
ini dapat dilakukan sebelum hari
pemulangan, maka perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu:
1)
Biarkan pasien dan keluarga
bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di rumah.
Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat.
2)
Periksa instruksi pemulangan
dokter, masukkan dalam terapi, atau
kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan sedini
mungkin). Persiapkan kebutuhan yang mungkin diperlukan pasien selama perjalanan
pulang (seperti tempat tidur rumah sakit,
oksigen, feeding pump).
3)
Pastikan pasien dan keluarga
telah dipersiapkan dalam kebutuhan
transportasi menuju ke rumah.
4)
Tawarkan bantuan untuk
memakaikan baju pasien dan semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.
5)
Periksa seluruh ruangan dan
laci untuk memastikan barang-barang pasien. Dapatkan daftar pertinggal
barang-barang berharga yang telah
ditandatangani oleh pasien, dan
instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada
pasien.
6)
Persiapkan pasien dengan
prescription atau resep pengobatan
pasien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan
informasi atau fasilitas pengobatan yang
aman untuk administrasi diri.
7)
Berikan informasi tentang
petunjuk untuk janji follow up ke kantor
dokter.
8)
Hubungi kantor agen bisnis
untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga
mengunjungi kantornya.
9)
Dapatkan kotak untuk
memindahkan barang-barang pasien. Kursi
roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil
ambulans. Pasien yang pulang dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.
10)
Bantu pasien menuju kursi
roda atau usungan dan gunakan sikap
tubuh dan teknik pemindahan yang sopan.
Dampingi pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda.
Bantu pasien pindahke mobil pribadi atau
kendaraan untuk transportasi. Bantu
keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan.
11)
Kembali ke bagian, dan
laporkan waktu pemulangan kepada departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan
bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan pasien.
5.
Evaluasi
a.
Minta pasien dan anggota
keluarga menjelaskan tentang penyakit,
pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter.
b.
Minta pasien atau anggota
keluarga mendemonstrasikan setiap
pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.
c.
Perawat yang melakukan
perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang
dapat membahayakan bagi pasien, dan
menganjurkan perbaikan
2.9.
Alur Discharge Planning
2.10.
Peran Perawat Dalam Discharge Planning
1.
Kepala Ruangan
a.
Membuka acara discharge
planning
b.
Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2.
Perawat Primer
a.
Membuat rencana discharge
planning
b.
Membuat leafleat
c.
Memberikan konseling
d.
Memberikan pendidikan
kesehatan
e.
Menyediakan format discharge
planning
3.
Perawat Associate:
merencanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan diakhiri
perawatan)
2.11.
Standart JCAHO Untuk Pasien Masuk dan Pulang
1.
Sebelum klien masuk ke rumah
sakit
Identifikasi dan gunakan sumber
informasi yang sedia tentang kebutuhan klien. berkomunikasi dengan tempat
perwatan dan organisasi pelayanan lain.
2.
Saat klien masuk ke rumah
sakit
Rumah
sakit:
Memberi pelayanan yang
sesuai dengan misi, populasi yang dilayani, dan tempat pelayanan. Membuat
perjanjian dengan organisasi dan tempat pelayanan lain untuk membantu klien
masuk kerumah sakit. Klien mendapat rujukan dan transfer kebutuhannya
berdasarkan intensitas, resiko, dan tingkat kemammpuan staf. jika perlu, jika
perlu konsultan klinik dan pengaturan kontrak digunakan un'tuk melakukan
rujukan dan pemindahan.
Dirumah sakit
Pelayanan diberikan
secara berkesinambungan, dimulai dari pengkajian sampai tindakan pengobatan dan
pengkajian tindakan pulang. Perawatan klien terkoordinasi sesama pelaksana.
Sebelum
pulang
Kebutuahn pengkajian
perencanaan pulang dilakukan. Rumah sakit mempunyai cara untuk mengidentifikasi
klien yang memerlukan perencanaan pulang. Pendidikan yang diberikan akan
mempersiapkan klien untuk pulang kerumah.
Pada saat pulang
Kilen
langsung dirujuk ke praktisi, tempat pelayanan, dan organisasi pelayanan
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang berkesinambungan untuk klien.
Penggunaan dan nilai keperawatan yang berkesinambungan untuk memenuhi
kebutuahan klien, dikaji ulang. Rumah sakit meberi informasi atau data untuk
membantu lembaga yang lain memenuhi kebutuhan perawat yang berkesinambungan
untuk klien
BAB 3
PERENCANAAN KEGIATAN
3.1.
Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ Tanggal :
Rabu, 09 Mei 2018
Pukul : 11:00 WIB
Pelaksana :
Kepala Ruangan, Perawat Primer dan Perawat
Associate
Topik : Aplikasi discharge
planning
Tempat :
Ruang Marwah 1 RSU
Haji Surabaya
Sasaran :
Pasien kelas III di Ruang Marwah 1 RSU Haji Surabaya
Pengorganisasian
Penanggung
jawab :
Devita Ariyanti,S.Kep
Kepala ruangan : Robiatul Adewiyah,S.Kep
Perawat Primer : Yuli Febriyanti,S.Kep
Perawat Associate : Kartono,S.Kep
Narator :
Hanif Fahmi,S.Kep
Pembimbing :
Retno Sumara,S.Kep
Metode
Role play
3.2.
Media
1.
Lembar persetujuan
dilakukan discharge planning
2.
Leaflet discharge planning
3.3.
Kerangka Kerja
|
Pra
|
Pelaksanaan
|
||||||
|
||||
|
Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar