Jumat, 20 Januari 2017

EFUSI PLEURA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 20 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis, sirosis hati, gagal jantung kongesif.
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis. Atas pertimbangan itulah kami mengangkat masalah ini sebagai makalah kami.
1.2    Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
1.2.1.1  Untuk mengetahui definisi efusi pleura
1.2.1.2  Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
1.2.1.3  Untuk mengetahui klasifikasi efusi pleura
1.2.1.4  Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
1.2.1.5  Untuk mengetahui manifestasi klinis efusi pleura
1.2.1.6  Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik efusi pleura
1.2.1.7  Untuk mengetahui penatalaksanaan efusi pleura
1.2.1.8  Untuk mengetahui prognosis efusi pleura
1.2.1.9  Untuk mengetahui web of causation (woc) efusi pleura
1.2.1.10   Untuk mengetahui pengkajian
1.2.1.11   Untuk mengetahui diagnosa keperawatan
1.2.1.12   Untuk mengetahui intervensi (nic dan noc)
1.2.1.13   Untuk mengetahui pendidikan kesehatan terpilih (sap dan leaflet)
1.2.2        Tujuan Khusus
1.2.2.1  Agar kelompok kami memahami tentang beberapa penyakit sistem pernafasan seperti : Efusi Pleura dan bisa memahami lebih dalam juga mengaplikasikannya dengan baik dan benar secara teori maupun praktik di lapangan dan memenuhi nilai tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah
1.3    Manfaat
1.3.1        Manfaat untuk mahasiswa
1.3.1.1  Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang penyakit efusi pleura
1.3.2        Manfaat untuk dosen
1.3.2.1  Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana mahasiswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan dan sebagai bahan pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.



BAB II
STUDI LITERATUR
2.1  Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
2.2  Etiologi
Penyebab efusi pleura biasa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68). Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru). Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura antara lain: gagal jantung, kadar protein darah yang rendah, sirosis, pneumonia, blastomikosis, koksidioidomikosis, tuberculosis, histoplasmosis, kriptokokosis, abses dibawah diafragma, artritis rematoid, pankreatitis, emboli paru, tumor, lupus eritematosus sistemik, pembedahan jantung, cedera di dada, obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin, klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin), pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
2.3  Klasifikasi
2.3.1  Efusi pleura transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik (CHF), penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negative intra pleura yang meningkat (atelektaksis akut).
Ciri-ciri cairan:
a. Serosa jernih
b. Berat jenis rendah (dibawah 1.012)
c. Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
d. Protein < 3%
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan hydrothorax, penyebabnya:
a. Payah jantung
b. Penyakit ginjal (SN)
c. Penyakit hati (SH)
d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)
2.3.2  Efusi pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (missal pneumonia) atau drainase limfatik yang berkurang (missal obstruksi aliran limfa karena karsinoma).
Ciri cairan eksudat:
a. Berat jenis > 1.015 %
b. Kadar protein > 3% atau 30 g/dl
c. Ratio protein pleura berbanding LDH serum 0,6
d. LDH cairan pleura lebih besar daripada 2/3 batas atas LDH serum normal
e. Warna cairan keruh
Penyebab dari efusi eksudat ini adalah:
a. Kanker  : karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit metastatic ke paru atau permukaan pleura.
b. Infark paru
c. Pneumonia
d. Pleuritis virus
2.4  Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. (Mcphee,J Stephen,dkk.2007)


2.5  Manifestasi Klinis
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
2.6  PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.6.1  Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2.6.2  CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
2.6.7  USGdada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
2.6.8  Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
2.6.9  Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. 

Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

2.6.10  Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
2.6.11  Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam. Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:
a.       Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose
b.      Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri
c.       Pemeriksaan hitung sel
2.6.12  Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan
2.7  Penatalaksanaan Medis
2.7.1  Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah cairan yang boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan pleura yang bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi yang dapat timbul dengan tindakan aspirasi :
a.       Trauma                                               
Karena aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai pembuluh darah, saraf atau alat-alat lain disamping merobek pleura parietalis yang dapat menyebabkan pneumothorak.
b.      Mediastinal Displacement
Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan pleura tersebut. Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan bergesernya kembali struktur mediastinal.  Tekanan negatif yang berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan perburukan keadaan terutama disebabkan terjadinya gangguan pada hemodinamik.
c.       Gangguan keseimbangan  cairan, Ph, elektroit, anemia dan hipoproteinemia.
Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat menimbulkan tiga pengaruh pokok :
1)      Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat menyebabkan anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit dalam tubuh
2)      Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum  pleura  yang negatif sebagai faktor yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih banyak
3)      Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.
2.7.2  Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang kontraversi juga mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan  pembentukan cairan karena malignancy  adalah karena erosi pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaan citostatic misalnya tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan zat-zat lainnya seperi atabrine  atau penggunaan talc poudrage tidak memberikan hasil yang banyak oleh karena tidak menyentuh pada faktor patofisiolgi dari terjadinya cairan pleura.
Pada prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula menimbulkan gangguan fungsi vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang berulang kali, dikenal ula berbagai cara lainnya yaitu :
2.7.3  Thoracosintesis
Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula dengan WSD atau dengan suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi untuk melakukan torasentesis adalah :
a.       Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga plera.
b.      Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
c.       Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak. Kerugian :
a)      Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura.
b)      Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c)      Dapat terjadi pneumothoraks.
Water Seal Drainage
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini dihentikan maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.
Tujuan
·         Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
·         Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
·         Mengembangkan kembali paru yang kolaps
·         Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
Tempat Pemasangan WSD
a.       Bagian apex paru (apical)
b.       anterolateral interkosta ke 1-2
c.       fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
d.      Bagian basal
-          postero lateral interkosta ke 8-9
-          fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
Jenis-jenis WSD
a.       WSD dengan sistem satu botol
-          Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
-          Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol
-          Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
-          Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
-          Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
-          Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
·         Inspirasi akan meningkat
·         Ekpirasi menurun
b.      WSD dengan sistem 2 botol
-          Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal
-          Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal
-          Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2
-          Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD
-          Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural
c.       WSD dengan sistem 3 botol
-          Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan
-          Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
-          Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD
-          Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
-          Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
·         Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
·         Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
·         Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer
Komplikasi Pemasangan WSD
-          Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
-          Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema

2.8  Prognosis
Prognosis bervariasi bergantung pada penyebab dan jumlah cairan. Begitu cairan dibuang, pasien dimonitor untuk mengetahui apakah cairan terbentuk lagi. Cairan mungkin perlu dibuang secara berkala, tergantung penyebab
2.9   Web Of Causation (WOC)


2.10   ASUHAN KEPERAWATAN
2.9.1  Pengkajian
a.       Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b.      Keluhan Utama
1)      Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
2)      Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. 
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e.       Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya
f.       Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
g.      Pengkajian Pola Fungsi
®    Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat 

Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.

®    Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
h.      Pola nutrisi dan metabolisme
®    Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
®    Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
®    Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.
i.        Pola eliminasi
®    Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.
®    Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
j.        Pola aktivitas dan latihan
®    Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
®    Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
®    Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
®    Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu 

oleh perawat dan keluarganya.

k.      Pola tidur dan istirahat
®    Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat
®    Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
l.        Pemeriksaan Fisik
1)      Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara 

umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

2)      Sistem Respirasi
®    Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
®    Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
®    Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
®    Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
3)      Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
®    Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
®    Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
®    Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta 

adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

4)      Sistem Pencernaan
®    Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
®    Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35kali per menit.
®    Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah 

massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.

®    Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5)      Sistem Neurologis
®    Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma
®    Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.
®    Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, 

penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

6)      Sistem Muskuloskeletal
®    Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial
®    Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.
®    Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.
7)      Sistem Integumen
®    Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.
®    Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang,
2.9.2        Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
2.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhungungan dengan sekresi muskus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/faringeal
3.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler
4.      Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea
2.9.3        Intervensi Keperawatan
Diaognosa 1 :
Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Noc :
Domain II - Kesehatan Fisiologi
Kelas E – Jantung Paru
Outcome 0403 Status Pernafasan : Ventilasi
Outcome 0410 Status Pernafasan : Kepatenan jalan nafas
Outcome 0802 Tanda – Tanda Vital
Kriteria Hasil :
®    Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
®    Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
®    Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Nic :
Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3140 Menejemen Jalan Nafas
Definisi : Fasilitasi Kepatenan Jalan Nafas
Aktifitas :
®    Buka jalan  nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Rasional : Untuk memberikan posisi yang nyaman pada pasien.
®    Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : agar pertukaran udara bisa maksimal
®    Identifikasi pasien  perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Rasional : Agar pasien bisa bernafas dengan baik dan lancar
®    Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional : Mengetahui kondisi terkini pasien
®    Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir
Rasional : Untuk memperlancar saluran pernafasan
®    Auskultasi suara nafas, catat  adanya suara tambahan
Rasional : Untuk memantau kondisi terbaru dari pasien
®    Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Rasional : untuk memenuhi cairan tubuh agar psien tidak dehidrasi
®    Monitor respirasi dan status O2
Rasional : Mengatur jumlah udara yang masuk dalam tubuh
Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3320 Terapi Oksigen
Definisi :
Pemberian oksigen dan pemantauan mengenai aktifitasnya
®    Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
®    Pertahankan jalan nafas yang paten
®    peralatan oksigenasi
®    Monitor aliran oksigen
®    Pertahankan posisi pasien
®    Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
®    Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Intervensi Vital sign Monitoring
®    Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
®    Catat adanya fluktuasi tekanan darah
®    Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
®    Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
®    Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
®    Monitor kualitas dari nadi
®    Monitor frekuensi dan irama pernapasan
®    Monitor suara paru
®    Monitor pola pernapasan abnormal``
®    Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
®    Monitor sianosis perifer
®    Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
®    Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Diagnosa 2 :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhungungan dengan sekresi muskus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/faringeal
Noc :
Domain II - Kesehatan Fisiologi
Kelas E – Jantung Paru
Outcome 0403 Status Pernafasan : Ventilasi
Outcome 0410 Status Pernafasan : Kepatenan jalan nafas
Aspiration Control
Kriteria Hasil :
®    Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
®    Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
®    Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
Nic :
Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3160 pengisapan lendir pada jalan nafas
Definisi : membuang sekret dengan memasukkan kateter suksion ke dalam mulut, nasofaring, atau trakea pasien
®    Lakukan tindakan cuci tangan
Rasional : Agar terhindar dari kuman dan bakteri yang berpngaruh pada proses penyembuhan pasien
®    Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan, kacamata, masker) sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Untuk melindungi diri dari kuman dan bakteri penyebab penyakit
®         Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Rasional : untuk  membantu proses bernafas pasien
®         Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Rasional : Agar pasien dan keluraga mengerti prosedur dilakukan suctioning
®         Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Rasional : Mnegatur perkembangan suara nafas pasien masih ada ronchi apa tidaknya
®    Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
Rasional : Mencegah penularan penyakit dan infeksi
®    Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

Rasional : Membantu proses penyembuhan psien setelah dilakukan suctinong.

Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3140 Menejemen Jalan Nafas
Definisi : Fasilitasi Kepatenan Jalan Nafas
®    Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
®    Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : Posisi membantu memaksimalkanekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasisdan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.    
®    Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
®    Lakukan fisioterapi dada jika perlu
®    Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Rasional : Mencegah obstruksi atau aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu
Diagnosa 3 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler

Noc :
Domain II - Kesehatan Fisiologi
Kelas E – Jantung Paru
Outcome 0402 Status pernafasan : pertukaran Gas
Outcome 0403 Status Pernafasan : Ventilasi
Status tanda vital
Kriteria Hasil :
®    Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
®    Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
®    Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
®    Tanda tanda vital dalam rentang normal
Nic :
Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3160 pe1`ngisapan lendir pada jalan nafas
Definisi :
membuang sekret dengan memasukkan kateter suksion ke dalam mulut, nasofaring, atau trakea pasien
®    Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Rasional : Untuk memperlancar jalan nafas pasien
®    Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional : Mengetahui masih ada tidaknya cairan dalam paru-paru
®    Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Rasional : Memperlancar jalan nafas pasien
®    Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
®    Lakukan suction pada mayo
®    Berika bronkodilator bial perlu
®    Barikan pelembab udara
®    Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
®    Monitor respirasi dan status O2

Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Denifisi :
Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas
®    Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
®    Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
®    Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
®    Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
®    Catat lokasi trakea
®    Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
®     Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
®    Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
®    auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Diagnosa 4 :
Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea

Noc :
Domain II – Kesehatan Fisiologi
Kelas – Pencernaan & Nutrisi
Outcome 1008 Status Nutrisi : Asupan Makanan & Cairan
Nic :
Domain Fisiologis : Dasar
Kelas Dukungan Nutrisi
Intervensi 1100 Manajemen Nutrisi
Definisi :
Menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang
seimbang
Aktivitas :
®    tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
Rasional : Untuk membantu agar kesembuhan pasien lebih optimal
®    identifikasi adanya alergi atau  intoleransi makanan yang dimiliki pasien
Rasional: Untuk mencegah terjadinya penyakit efusi pleura yang diderita oleh pasien lagi
®    intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
Rasional: Untuk membantu perbaikan nutrisi pada pasien
®    tentukan jumlah  kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
Rasional : Untuk mengatur kadar kalori yang harus dipenuhi oleh pasien
®    lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan
Rasional : Untuk menerapkan pola sehat dan kebersihan pada pasien
®    anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika memungkinan
Rasional : Untuk mengajarkan pada pasien agar bisa memobilisasi
®    monitor kecenderungan terjadi penurunan dan kenaikan berat badan
Rasional : Untuk memantau perkembangan kondisi pasien.
Domain I Fisiologi : Dasar
Intervensi Monitor nutrisi
Definisi : Pengumpulan dan analisa data pasien yang berkaitan dengan asupan nutrisi
®    Lakukan pengukuran antropometrik pada komposisi tubuh (misalnya, indeks massa tubuh , pengukuran pinggang , dan lipatan kulit )
Rasional untuk mengetahui indeks massa tubuh pinggang, dan lipatan kulit pasien
®    Monitor turgor kulit dan mobilitas
Rasional : untuk mengetahui kekenyalan kulit dan aktifitas pasien
®    Identifikasi perubahan  nafsu  makan dan aktivitas akhir-akhir ini.
Rasional : untuk mengetahui banyak nutrisi yang masuk
®    Tentukan  rekomendasi energi(misalnya, Recomended Dietary Allowance) berdasarkan faktor pasien (misalnya, umur, berat badan, tinggi badan, gender dan tingkat aktivitas fisik)
Rasional : untuk mengetahui rencana kedepan untuk kenaikan berat badan
2.9.4  Pendidikan Kesehatan Terpilih (SAP & Leaflet)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi               : Keperawatan Komunitas
Topik                           : Pengetahuan tentang penyakit Efusi pleura 
Sasaran                        : Masyarakat Rungkut Pandugo
Tempat                        : Balai RW Pandugo
Hari / Tanggal             : Minggu , 23 oktober 2016
Waktu                         : 30 menit
 

                             I.               Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, masyarakat  diharapkan mampu mengetahui tentang apa itu penyakit efusi pleura  ,sehingga dapat melakukan pencegahan dalam kehidupan sehari-hari.

                          II.               Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat diharapkan mampu:
-       Menjelaskan definisi penyakit efusi pleura
-       Menjelaskan etiologi  penyakit efusi pleura
-       Menjelaskan manifestasi penyakit efusi pleura
-       Menjelaskan pencegahan penyakit efusi pleura
-       Mejelaskan pengobatan penyakit efusi pleura

                       III.               Sasaran
Masyarakat Rungkut pandugo

                       IV.               Materi
-          Definisi penyakit efusi pleura
-          Etiologi  penyakit efsi pleura
-          Manifestasi penyakit efusi pleura
-          Pencegahan penyakit efusi pleura
-          Pengobatan penyakit efusi pleura

                          V.               Metode
-          Slide / LSD /Ceramah
-          Diskusi / tanya jawab.

                       VI.               Media
-          Leaflet

                    VII.               Kegiatan Penyuluhan
No
Tahap
Waktu
Kegiatan
Penyuluh
Peserta
1.
Pra Interaksi Pembukaan
3 menit
·        Penyuluh mengucapkan salam dan perkenalan diri
·        Menyampaikan tujuan penyuluhan
·        Melakukan kontrak waktu
·        Menyebutkan materi yang diberikan
·        Menyambut salam  dan mendengarkan
·        Mendengarkan
·        Mendengarkan
·        Mendengarkan
2.
Interaksi
Pelaksanaan
15 menit
·        Menjelaskan tentang:
-          Definisi penyakit efusi pleura
-          Etiologi  penyakit Manifestasi penyakit efusi pleura
-          Pencegahan penyakit efusi pleura
-          Pengobatan penyakit efusi pleura
·         Memberikan kesempatan pada peserta    untuk bertanya (diskusi)
·        Mendengarkan dan memperhatikan






·        Memperhatikan dan bertanya.
3.
Evaluasi
10 menit
·        Menanyakan kembali kepada masyarakat tentang materi yang telah disampaikan.
·        Menjawab dan menjelaskan pertanyaan
4.
Terminasi
Penutup
2 menit
·        Mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan perangkat desa
·        Mengucapkan salam
·        Membalas ucapan terima kasih
·        Menjawab salam

                   VIII.            Pengorganisasian :
- Pembimbing  : 1. Retno Sumara,S.Kep.,Ns.,M.Kep
  2. dr. Agus S ,Sp. P
        3. Fatin Lailatul B, S.Kep.,Ns.,M.Kep
- Moderator     : Rifiqi
- Penyaji          : Sulastri N
- Fasilitator      :  1.Saidahtul maifuroh
   2. Andi setiawan
   3. Nazula nurmawarda
- Observer       : Lusinta Dwi Setting Tempat
                         IX.            Kriteria Evaluasi
1.      Evaluasi struktur
-          Kesiapan materi
-          Kesiapan SAP
-          Kesiapan media
-          Semua peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu
-          Penyuluhan dilaksanakan di balai desa kalimo’ok 
-          Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelumnya
2.      Evaluasi proses
-          Penyuluhan dimulai dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya
-          Peserta penyuluhan antusias mengikuti materi penyuluhan
-          Peserta penyuluhan terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
-          Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan benar
-          Suasana penyuluhan berjalan dengan tertib
-          Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
3.      Evaluasi hasil
Masyarakat dapat memahami materi yang disampaikan dan dapat melakukan penvegahan agar tidak terkena penyakit efusi pleura.


Lampiran
EFUSI PLEURA
A.    Pengertian
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
B.     Penyebab Efusi Pleura
Penyakit tertentu
®    TBC
®    Penyakit Hati
®    Gagal ginjal
®    Ada udara di dalam rongga paru
®    Gagal jantung
Penyebab dari dalam
®    Perubahan tekanan pada paru
®    Perubahan pada rongga paru
C.    Tanda Gejala
®    Demam
®    Menggigil
®    nyeri dada pleuritis (pneumonia)
®    panas tinggi (kokus)
®    subfebril (tuberkulosisi)
®    banyak keringat
®    batuk
®    banyak riak
®    lemas
®    nafsu makan dan berat badan turun
D.    MakananYang Dianjurkan
Makanan yang tinggi protein
®    Telur
®    Susu
®    Ikan
®    Kacang – kacangan
®    Tahu
®    Tempe





BAB V
PENUTUP
4.1    Simpulan
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Penyebab efusi pleura biasa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68).
4.2     Saran
Saya menyadari makalah ini kurang sempurna dan banyak kesalahannya, untuk menyempurnakan makalah ini saya sangat berharap bantuan dari semua pihak, terutama pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. untuk pembaca saya sarankan untuk mencari referensi yang lainnya, karena referensi yang saya dapatkan masih sangat terbatas. Dari pemecahan masalah kasus diatas  untuk semua pembaca hindari merokok karena merokok adalah sesuatu yang merugikan bagi tubuh. Bukan hanya penyakit yang timbul bahkan dapat meyebabkan kematian. Atas saran dan kritik yang membangun tersempurnanya makalah saya ini, saya ucapkan terima kasih.


BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio,Mary,dkk.2014.Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:Rapha Publishing
Francis,Caia.2006.Perawatan Respirasi.Jakarta:Penerbit Erlangga
Brasher,L Valentina.2007.Aplikasi Klinis Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Djojodibroto,R Darmoto.2009.Respirologi(Respiratory medicine).Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mansjoer,M Arief,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aerculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Price, A Sylvia,dkk.1991.Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 4.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Isselbacher,dkk.2000.Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mcphee,J Stephen,dkk.2007.Patofisiologi Penyakit.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lehrer,Md Steven.1990.Bunyi Paru Dalam Praktek Sehari-hari.Jakarta:Binarupa Aksara


Konsep Bencana