BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengertian
keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan
dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan
bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga
adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit Setyowati
2008).
2.1 Tujuan
1.1.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui, memahami tentang Keluarga dengan usia anak 6-13
tahun
1.1.2
Tujuan Khusus
1.
Mengetahui dan memahami Defenisi Keluarga Dengan
Anak Usia Sekolah
2.
Mengetahui dan memahami Kelompok Anak
3.
Mengetahui dan memahami Ciri Ciri Anak Usia Sekolah
4.
Mengetahui dan memahami Perkembangan Fisik
5.
Mengetahui dan memahami Perkembangan Kognitif
6.
Mengetahui dan memahami Perkembangan Psikososial
7.
Mengetahui dan memahami Tugas Perkembangan Orang Tua
Dengan Anak Usia Sekolah
8.
Mengetahui dan memahami Tugas Perkembangan
Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
9.
Mengetahui dan memahami Promosi Kesehatan
Selama Priode Usia Sekolah
10.
Mengetahui dan memahami Masalah
Kesehatan Spesifik Pada Anak Usia Sekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak
masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa
kanak-kanak yaitu 12 tahun.Langkah perkembangan selama anak mengembangkan
kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini
anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari
dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
2.2 Kelompok Anak
1.
Usia
prasekolah : 2 – 5
tahun
2.
Usia sekolah
: 6 – 12
tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan
fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
A.
Anak usia 6-7 tahun :
a.
membaca seperti mesin
b.
mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
c.
membaca waktu untuk seperempat jam
d.
anak wanita bermain dengan wanita
e.
anak laki-laki bermain dengan laki-laki
f.
cemas terhadap kegagalan
g.
kadang malu atau sedih
h.
peningkatan minat pada bidang spiritual
B.
Anak usia 8-9 tahun:
a.
kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
b.
menggunakan alat-alat seperti palu
c.
peralatan rumah tangga
d.
ketrampilan lebih individual
e.
ingin terlibat dalam segala sesuatu
f.
menyukai kelompok dan mode
g.
mencari teman secara aktif
C.
Anak usia 10-12 tahun:
a.
pertambahan tinggi badan lambat
b.
pertambahan berat badan cepat
c.
perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin
tampak
d.
mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian
sendiri
e.
memasak, menggergaji, mengecat
f.
menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
g.
membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
h.
teman sebaya dan orang tua penting
i.
mulai tertarik dengan lawan jenis
j.
sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
2.3 Ciri Ciri Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Label yang digunakan oleh orang tua
a.
Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti
perintah dan lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun
anggota keluarga lainnya
b.
Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan
dan ceroboh dalam penampilan
c.
Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar
keluarga dan membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga
2.
Label yang digunakan pendidik/guru
a.
Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh
dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian
diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai ketrampilan penting
tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b.
Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk
kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang
cenderung menetap sampai dewasa
3.
Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a.
Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok
b.
Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan
standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan
berperilaku
c.
Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak
akan menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak
d.
Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan
bermain yang sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain
2.4
Perkembangan
Fisik
1.
Tinggi dan
berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada
setelah lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu
mungkin tidak mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing
dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan
kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya
dengan kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang
biasanya diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk
mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan
olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi
dan lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira
kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang
cepat.
2.
Fungsi
kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah.
Denyut jantung rata- rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70
mm Hg dan frekuensi pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan
pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi
pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah
mencapai ukuran dewasa.
3.
Fungsi
neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar
meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan
motorik kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan
menangkap selama bermain. Menghasilkan peningkatan ketrampilan neuromuscular.
Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian penguasaan ketrampilan dasar
mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam
partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot yang
terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan
motorik kasar tetapi berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat
kontrol jari dan pergelangan tangan tercapai, anak menjadi pandai melakukan
aktivitas. Ketrampilan meningkatkan motorik halus pada anak dalam pertengahan
masa kanak – kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri dalam merawat
kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses
kebutuhan ini akan terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam
pengendalian anak dalam area ini. Maka sangat penting mengizinkan mereka untuk
berpartisipasi dalam perawatan dan mempertimbangkan kemandirian sebanyak
mungkin.
4.
Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara
relative. Jika terjadi defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau
kalsium. Anak usia sekolah dapat belajar banyak hal tentang piramida makanan
dan diet yang seimbang dengan membantu menyiapkan makanan. Perawat harus
menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan dalam jumlah yang adekuat bagi
anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.
2.5
Perkembangan
Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan
untuk berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi
di dominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia
secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu
perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika
merewka mampu mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam
pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang logis
dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan atau
kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir
masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
yang sederhana.
1.
Perkembangan
bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini tercakup semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran
dan perasaan di nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak
dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambing, gambar atau lukisan,
dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam
sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu sebagai berikut :
a.
Proses jadi matang,
dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang suara / bicara sudah
berfungsi ) untuk berkata kata.
b.
Proses belajar
yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari
bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata yang
di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan
pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6
tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan
meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta kemampuannya
membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan mengembangkan pengetahuan
strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari aturan sintaksis, aturan
merangkai kta menjadi kalimat.
2.6
Perkembangan
Psikososial
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan
ketrampilan yang penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak
usia sekolah yang mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan
berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas
(biasa saja ) / perasaan tidak berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri
dari sekolah dan teman sebaya.
1.
Perkembangan
moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan
kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai
prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan
keluarga. Usaha untuk menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang
seharusnya, karena informasi yang di terima anak mengenai benar salah, baik
buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.
2.
Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain
jenis. Identitas jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan
teman sejenis yang di pertahankan oleh anak biasa di sebut “geng“. Umumnya anak
laki-laki dan perempuan memandang jenis kelamin yang berbeda secara negative.
Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap perkembangan ini.
Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara yang di
dorong dan dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok
meningkat, seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3.
Identitas
seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia
merasa pada periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam
seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti percaya bahwa anak usia sekolah
memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
4.
Konsep diri dan
kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat
dan lebih individual. Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah
diobservasi seperti adanya atau tidak adanya penyakit dan keadekuatan tidur
atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk kesehatan personal dan kesehatan
yang lain dinilai.
2.7
Tugas
Perkembangan Orang Tua Dengan Anak Usia Sekolah
Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa
tahapan ini lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat
berjalan secara rutin. Anak secara umum merasa puas mengenai hubungannya dengan
orangtua dan mulai terlibat dalam aktivitas rumah tangga.
1.
Mensupport perkembangan
anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara membiarkan anak
untuk pergi dan bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan
semakin sedikit waktu anak tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang
anak harus bersekolah, kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti
kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu bersama dengan grupnya, sehingga anak
pulang ke rumah dalam keadaan lelah pada malam hari untuk beristirahat. Belum
lagi ajakan temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama, ikut camp, mengunjungi
kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan tersebut di atas sangat baik untuk
perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk
perkembangan kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi
mereka mulai berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus
mendukung hubungan ini, karena penelitian membuktikan bahwa anak dengan
dukungan yang sangat baik dari anggota keluarganya akan memgang teguh norma,
nilai dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan ketika mereka sedang
berinteraksi dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu yang
memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk membiarkan
anaknya bergabung dengan dunia luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai
figur otoritas. Anak akan sering berkata “…tapi kata bu guru begini…” pada
orangtuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa anak sudah mulai keluar dari aturan
rumahnya. Anak menemukan model baru, sikap baru, dan pandangan baru melebihi
yang didapat di keluarganya. Orangtua yang dapat berempati terhadap minat anak
dan dapat lebih melonggarkan aturannya pada anak akan lebih mudahuntuk tidak
terlalu mengikat anak tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan
lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya
dibandingkan orangtua yang memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka. Pada
masa ini, suami dan istri lebih sering bekerja bersama dalam sebuah proyek
disbanding ketika usia anaknya masih preschool ataupun
remaja.(Feldman, 1961). Beberapa aktivitas bersama yang dilakukan dengan
anak-anak juga, seperti piknik keluarga mungkin dapat mengembangkan minat dari
suami dan istri untuk meneruskan hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2.
Mempertahankan
hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion
Research Centremengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak
pada sebuah pernikahan dapat membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada
semua ras, agama, level pendidikan, dan status pekerjaan (Davis, 1978).
Sebanyak 6 survey nasional sejak tahun 1973 sampai 1978 menemukan bahwa
kehadiran anak cenderung mengurangi kebahagiaan orangtua, dalam hal:
a.
Ikut campur
dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
b.
Mengurangi
spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
c.
Meningkatkan
potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh afeksi, waktu dan
perhatian,
d.
Menjaga
pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk beberapa saat
(Glenn&Mc Lanchan,1982).
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah
biasanya lebih sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka
mengalami 4 kali problem lebih sering. Potensi problem terbesar bisanya
mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga mengurangi ekspresi afeksi dari
pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor kedua (Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan
pernikahan. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran gender
tradisional dalam berhubungan, dimana hubungan keduanya kemudian hanya menjadi
sebuah kebiasaan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, dan harapan dari
satu pihak ke pihak lainnya. Model pernikahan seperti ini lebih baik
menggunakan metode diskusi daripada menghindar dalam penyelesaian konfliknya,
dan yang lebih pentingberusaha untuk mengekspresikan cintanya secara spontan
(Swensen,Eskew,&Kohlhepp, 1981). Menjaga hubungan pernikahan pada saat usia
anak memasuki usia sekolah sangatlah penting, tidak hanya untuk kepentingan
suami dan istri saja, tetapi juga demi kepentingan anak kelak
2.8 Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Seklah
1.
Menyediakan
Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai
dengan kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat diperluas dan
memungkinkan penggunaan energi secara efisien yang dekat dengan sekolah
dan job security. Hauenstein dalam penelitiannya membagi populasi
menjadi dua macam yaitu :
a.
High stress
neighborhoods à ditandai
dengan crowded, susunan, keluarga mengalami
kesulitan membuat suatu pertemuan
b.
Low stress
neighborhoods Ã
kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang stabil, jalan-jalan yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal
di area yang tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan
juga orang dewasa. Yang sering tinggal di area seperti ini biasanya
adalah keluarga yang tidak bekerja (pengangguran) dan punya masala-masalah
dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat tinggal yang sesuai
adalah suatu tugas yang berat dan memberi tantangan terutama dalam situasi
ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan
menginginkan mempunyai rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk
memiliki rumah sendiri selalu meningkat dari waktu ke waktu. Adanya biaya
pindah keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap
berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat
tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin tinggi, beberapa
keluarga muda mampu membeli sebuah rumah tanpa bantuan dari kerabatnya. Hal itu
tidak aneh karena biasanya keluarga muda paling banyak menerima dukungan
dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk
mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan
dari kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak
sebelum menerima mereka ke sekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis,
polio, campak, gondok dan rubella (MMR) adalah imunisasi yang
biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu, adalah
tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga atau melalui Departemen
Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung
jawab keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar
pengaruhnya dalam mengurangi kerusakan gigi pada anak. Oleh karena itu,
keluarga diharapkan untuk memeriksakan dan merapikan gigi anak pada dokter gigi
serta menggosok gigi secara teratur setelah makan yang sering memerlukan
monitor dan modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia
sekolah. Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak mengalami
kecelakaan dibandingkan anak perempuan dan biasanya kematian paling tinggi
adalah karena kecelakan kendaraan motor. Selain itu, kecelakaan juga
menyebabkan kerusakan permanen, kelumpuhan serta kehilangan waktu untuk
sekolah.
Child abuse merupakan
suatu masalah yang terdapat pada beberapa keluarga. Mendisiplinkan anak dengan
cara memukul mungkin adalah sesuatu yang normal dalam beberapa keluarga dan
cukup banyak persentase orang tua yang mengaku menendang, menggigit, memukul
dengan tangan atau benda dan mengancam menggunakan pisau atau senjata. Hasil
penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak menerima cinta dan dukungan tetapi
sering menerima pukulan dari orang tua mereka. Orang dewasa yang
mengalami abuse pada waktu anak-anak lebih cenderung
menjadi child abuser terhadap anak mereka sendiri. Physical
abusebiasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga kaya
menggunakanabuse sebagai “accident”. Banyak keluarga ekonomi
bawah yang stress dan melampiaskan rasa frustasi pada anak mereka. Child
abuse sering juga dipicu oleh respon anak yang membantah, menantang
atau mengabaikan orang tua sehingga orang tua frustasi dan kehilangan kontrol
dan menggunakan metode disiplin yang lebih keras dan meningkat menjadi abuse.
Parents anonymous merupakan organisasi nasional yang siap membantu
mengatasi kekerasan dengan melakukan pertemuan secara teratur dan menggunakan
sarana telepon untuk orang tua yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan
masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada semua kelas sosek serta etnis
dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun. Anak yang menjadi korban incest biasanya
takut untuk menceritakannya pada siapapun, yang bisa jadi petunjuk adalah penarikan
diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik khususnya
masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan
untuk korbanincest dan keluarganya dapat ditemukan di tempat
layanan perlindungan anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s centers. Untuk
mencegah incest dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan
seks di rumah dan di sekolah.
Health care cost (biaya
kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak keluarga yang mempunyai asuransi
kesehatan untuk membantu membiayai biaya rumah sakit dan membayar dokter.
Sebanyak 83 % dari pekerja di Amerika bekerja pada perusahaan yang memiliki
asuransi kesehatan.
2.
Keuangan
Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan,
kemudian untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item utama
tersebut kira-kira membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan tiap
individu dalam sebuah keluarga. Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian,
rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak.
Kebanyakan ibu bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang sesuai
dengan keterampilan yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak
sebesar penghasilan suaminya, tetapi mereka dapat membantu menyediakan segala
sesuatu yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang
baik untuk ibu ketika anakberada di sekolah atau ketika ayah mereka dapat
menemani anak-anak. Split shifts memungkinkan banyak ibu yang
bekerja sementara suami berada di rumah. Kesuksesan ibu bekerjatergantung pada
pendidikan dan training, pengalaman kerja sebelumnya, dukungan suami, usia
anak, kesehatan serta dukungan bantuan dari kerabat dekat dan orang lain.
Pekerjaan ibu biasanya harus disesuaikan secara efektif terhadap situasi yang
terjadi dalam keluarga seperti ketika anak sakit, mendapat kecelakaan atau
situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan
keluarga dimana kedua suami dan istri yang mempunyai karir dengan posisi yang
penting, yang meminta serangkaian perkembangan dan keahlian serta memerlukan
kompetensi dan komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari mereka mempunyai
kesempatan mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk istri
adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan tinggal di rumah,
mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan
keluar yang diambil oleh pasangan yang keduanya mempunyai karir dimana salah
dari mereka tinggal si rumah sedangkan yang lain pulang pergi kerja selama
seminggu, kembali ke keluarga untuk weekends dan liburan.
Keuntungan yang besar adalah perkembangan yang profesional dengan memisahkan
pekerjaan dan waktu untuk keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif
pada perembangan anak atau dalam masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika
ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan antara suami istri, komunikasi yang
terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi masalah, fleksibel, dan
komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu
menjaga keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau
istri yang bekerja ditemukansama-sama puas secara dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam
pekerjaan ibu, mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu dan
melihat apa yang ibu kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya dalam
tugas-tugas rumah tangga sehari-hari merasa bahwa mereka penting ketika
dipercaya untuk memulai mempersiapkan makan malam dan melakukan tugas rumah
tangga yang lain sementara menunggu orang tuanya pulang ke rumah.
3.
Pemberian
Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah
Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu,
tetapi juga bagi ayah dan anak yang lebih tua.
a.
Partisipasi
anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan,
tergantung bagaimana keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah ibu
mereka bekerja atau tidak. Anak laki-laki dan perempuan dapat saling membantu
untuk memasak dan membersihkan rumah. Seperti perempuan, laki-laki pun dapat
melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mengurus pekarangan, mobil
dan hewan peliharaan. Ibu yang bekerja full time, partisipasi anak
dalam mengurus rumah sangat tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time,
partisipasi anak rendah.
b.
Bantuan dari
suami
Studi dari 1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa pasangan
kulit hitam menyukai pembagian kerja dalam rumah tangga daripada pasangan kulit
putih (Ericksen, Yancey, & Ericksen 1979). Terdapat 2 istilah yang harus
dibedakan. Pertama Role-sharing, bahwa tanggungjawab tugas
dilaksanakan oleh pasangan suami istri. Suami menganggap mengerjakan segala
tugas tanpa harus ada nasihat atau pengingat dari istri. Istilah kedua
yaitu task sharing, bahwa pembagian tugas tanpa mengubah asumsi
dasar tentang peran-peran dari pasangan yang menikah.Task sharing, suami
membantu istrinya jika hanya seorang istri membutuhkan pertolongan suaminya.
Studi di Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara keluargabusiness
class & working class. 45 persen keluarga yang menganggap istri
memiliki tanggung jawab penuh terhadap tugas rumah tangga, istri yang mengurus
rumah tangga lebih banyak daripada suami sekitar 40 persen pasangan, 7 persen
pasangan suami istri saling berbagi tugas, laki-laki yang lebih banyak mengurus
rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk dalam studi
keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat
keputusan ketika anak di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting,
karena dapat membantu anak bersikap disekolah seperti halnya hubungan
dengan peers, orangtua, dan saudara kandung (Feldman & Feldman,
1975). Hubungan antara suami-istri dapat ditingkatkan dengan saling berbagi
tugas dalam menjaga anak dan rumah tangga.
4.
Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
a.
diterima dalam
anggota suatu kelompok
b.
mengembangkan sense-nya
sebagai social being
c.
berinteraksi
dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
d.
antisipasi
terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
e.
persiapan untuk
peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam
mengembangkan skills, attitude dan potensi seseorang di
masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus dalam kehidupan sebagai suatu
peran baru di setiap situasi baru atau kelompok yang individu tersebut baru
memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih mengembangkan hubungan dengan orang
lain daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat
dicapai dengan cara saling mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni
keluarga, dll. Anak-anak usia sekolah dapat berkunjung ke keluarganya yang lain
di saat anak tersebut sudah bisa menjaga dirinya, siap menghadapi tantangan dan
tertarik dengan situasi yang baru. Anak usia sekolah senang berteman dengan
berbagai jenis orang. Saat anak tersebut berhadapan dengan teman yang berbeda
tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan datang. “undesirable
friends” menurut orangtua
a.
anak mengganggu
teman mainnya yang lain jenis
b.
teman lain suka
menyerang
c.
bermain bersama
tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua
mempercayai anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras,
etnik, dan kelas sosial dapat memiliki pengalaman lebih banyak daripada anak
yang hanya berhubungan dengan “orang-orang satu jenis” dengannya, karena dapat menghilangkan
komponen pendidikan mereka dalam hidup bermasyarakat.
Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan
kegiatan lain yang ditekuni oleh anaknya.
5.
Komunikasi Di
Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah
Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah.
Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak bertanya, dan
mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan masalah awal
seperti destructiveness, temper tantrums dan overactivity menurun
secara cepat di usia sekolah
Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas
menanyakanatau berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang dialami dan
tentang peer mereka.
Diskusi tentang sex education:
1.
Apa yang
terjadi di dalam tubuh
2.
perbedaan antara
2 sex
3.
perbedaan yang
dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
4.
bagaimana
menerima dan dapat nyaman dengan situasi menstruasi pada perempuan dan seminal
emissions pada laki-laki
5.
bagaimana cara
mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan meningkatnya fungsi glandular
6.
kematangan
tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang akan datang
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya
akan menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan realmereka
sama baiknya pada anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat dari emosi
seperti fear(takut), anxiety (cemas), resentment,
anger(marah), dan cemburu.
Siblings
Beberapa keuntungan memiliki siblings:
1.
kakak dapat
menjadi teladan bagi adiknya
2.
seorang sibling mengidentifikasi
dengan yang lain pada satu area
3.
perbedaan
antara sibling dapat mengembangkan sense
4.
sibling dapat menjadi feedbacker
5.
dapat saling
tukar barang
6.
jembatan untuk
mengerti antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling coalition dimana
anak dikontrol secara kuat diawalnya sebagai mekanisme bagi anak agar terikat
bersama yang mungkin ikatan sepanjang hidup antar siblings. Anak
yang pertama lahir dapat memiliki orangtua yang seutuhnya dan terus berlanjut
menjadi anak yang unik dalam keluarga. Anak yang paling akhir, oleh orangtuanya
cenderung diberikan banyak toleransi. Anak tengah merasa bahwa orangtuanya
lebih banyak menghukum daripada memberi dukungan padanya dibandingkan anak
tertua dan anak terakhir. Dalam studi tentang selfesteem anak
tengah memiliki tingkat yang rendah selfesteem-nya dibandingkan
anak pertama dan terakhir.
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan
kembali oleh anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah
dibandingkan ia harus meluapkan emosi di luar rumah yang akan mengganggu
ketenangan di sekitar rumah. Dengan adanya komunikasi maka cinta akan mengalir
dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah atau energi negatif lainnya
dengan energi yang positif.
2.9 Promosi Kesehatan Selama Priode Usia Sekolah
Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan
latihan perilaku dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat
kognisi meningkat pada periode ini, pendidikan kesehatan yang efektif harus
dikembangkan dengan tapat. Promosi praktek kesehatan yang baik merupakan
tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku yang
secara positif berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat dapat berperan
untuk memenuhi tujuan kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya
hidup yang sehat termasuk nutrisi. Anak usia sekolah harus berpartisipasi dalam
progam pendidikan yang memungkinkan mereka untuk merencanakan, memilih dan
menyajikan makanan yang sehat. Perawat juga mengikutsertakan orang tua tentang
peningkatan kesehatan yang tepatbagi anak usia sekolah. Orang tua perlu
mengenali pentingnya kunjungan pemeliharaan kesehatan.
2.10
Masalah
Kesehatan Spesifik Pada Anak Usia Sekolah
Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi
pada anak. Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat
lahir, pembunuhan, dan penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini
memiliki angka mordibitas tinggi jumlah infeksi hamper 80% dari seluruh
penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan prevalensi terbanyak, flu biasa
tetap merupakan penyakit utama pada masa ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan
ketidakmampuan, sering kali sebagai akibat adanya rintangan pencapaian
pelayanan kesehatan. Retardasi mental, gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan
malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di antara anak-anak yang hidup dalam
kemiskinan.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi
bahaya fisik dan psikologis.
1.
Bahaya Fisik
a.
Penyakit
a)
Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya
b)
Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan
dengan kebersihan diri
b.
Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
a)
Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga
kehilangan kesempatan untuk keberhasilan social
b)
Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga
anak menjadi rendah diri
c.
Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social
d.
Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e.
Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak
2.
Bahaya Psikologis
a.
Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum
terdapat pada anak-anak usia sekolah yaitu :
a)
Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat
tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain
b)
Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap)
akan membuat anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
c)
Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan
dilingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah
merasa bahwa ia berbeda
d)
Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan
merendahkan orang lain, membual akan ditentang oleh temannya
b.
Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila
menunjukan pola-pola emosi yang kurang menyenangkan seperti marah yang
berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
c.
Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan
merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk
menjadi anggota kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan
kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d.
Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal
biasanya merasa tidak puas terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap
perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip,
anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan
orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus
menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e.
Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan
sikap moral dan perilaku anak-anak :
a)
Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman
atau berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak
sesuai dengan kode orang dewasa
b)
Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas
perilaku
c)
Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin
akan apa yang sebaiknya dilakukan
d)
Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
e)
Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah
begitu memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan
f)
Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f.
Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa
kanak-kanak :
a)
Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting
oleh teman-teman sebaya
b)
Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang
dapat bernilai bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah
g.
Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya
hubungan keluarga :
a)
Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang
menyukai peran orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh
anak cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
b)
Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak
gagal dalam melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang
tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
c)
Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada
keluarga besar dan disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan
pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin yang
demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
d)
Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah
miliknya lebih buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan
orang tua cenderung membenci hal itu
e)
Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah
mempengaruhi persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu
diwarnai oleh pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh
banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
f)
Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak
sesuai dengan harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan
membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
g)
Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang
tuanya pilih kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang
tua dan saudara yang dianggap kesayangan orang tua
h)
Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak
menyukai sikap sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan
orang tua akan memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap sianak
i)
Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena
teringat orang tua kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis,
negativitas dan perilaku yang sulit.
BAB III
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Adek P berumur 7 tahun dia seorang pelajar Di SDN Banjarjo
Sukodadi Lamongan. Dia tinggal di rumahnya bersama nenek nya. Sedangkan Orang
tua nya suah cerai sekitar 2 tahun yang lalu. Sebelumnya dia tinggal sama
ibuknya setelah mereka ada masalah dengan ekonomi keluarga ibuk bekerja ke luar
negri menjadi TKI. Sedangkan orang tua laki-laki sudah menika dengan perempuan
lain. Adek P menghabiskan waktunya dengan neneknya . Neneknya di rumah bekerja
sebagai penjuan Nasi Boran di pasar.
3.1
Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga
yang dibinanya.
a.
Pengumpulan data
1.
Identitas keluarga yang dikaji adalah umur,
pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga .
2.
Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
a)
Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap
perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti.
b)
Tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi è Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
c)
Riwayat keluarga inti è Menjelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan
yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
d)
Riwayat keluarga sebelumnya è Dijelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3.
Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a)
Kebiasaan makan è Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan
yang dikosumsi oleh keluarga .
b)
Pemanfaatan fasilitas kesehatan è Perilaku
keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang
penting dalam penggelolaan penyakit.
c)
Pengobatan tradisional è Merupakan pilihan bagi
keluarga untuk menentukan pengobatan yang diinginkan ataupun alternative
pilihan yang dipilih yaitu pengobatan tradisional.
4.
Status Sosial Ekonomi
a)
Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi
keluarga dalam mengenal suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh
pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam
mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b)
Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga
berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan
pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena suatu
penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .
5. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga
mulai lahir hingga saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian
serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang
terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh
terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
6. Aktiftas
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu
keluarga dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu penyakit dan gaya
hidup suatu keluarga.
7.
Data Lingkungan
a)
Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang
baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai
faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
b)
Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan
dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan.
8.
Struktur keluarga
a)
Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi
perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga
untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang
tinggi.
b)
Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi
dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik.
c)
Struktur peran
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga
menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan
sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka
akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga .
9.
Fungsi keluarga
a)
Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu
dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor
tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri.
b)
Fungsi
sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi
anggota keluarga dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila
keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi
labil dan mudah stress.
c)
Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan
dan melatih anak untukberkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain diluar rumah.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui
sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah
:
(a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah
sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan
yang meliputi: pen gertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
(b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang
perlu dikaji adalah ;
a)
Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah
·
Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
·
Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah
yang dialami
·
Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari
penyakit
·
Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap
masalah kesehatan
·
Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada.
·
Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan.
·
Apakah keluarga mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
b)
Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan
menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu
dikaji adalah ;
·
Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan
perawatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/ penyakit.
·
Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan.
·
Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang
diperlukan memadai.
·
Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap
perawatan yang diperlukan
·
Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri
sendiri dalam keluarga
·
Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan
dalam memelihara lingkungan dimasa mendatang.
·
Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit
·
Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas
kesehatan dan bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas tersebut.
·
Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari
tindakan (diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi).
·
Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan
upaya perawatan dan pencegahan.
d)
Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi
reproduksi keluarga adalah:
a.
Berapa jumlah anak
b.
Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota
keluarga
c.
Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga .
d.
Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi
keluarga adalah :
a.
Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan
b.
Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga .
10.
Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala
sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan
11.
Stress dan Koping keluarga
a.
Stressor jangka pendek dan panjang
1)
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2)
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b.
Kemampuan keluarga berespon terhadap
situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana
keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
c.
Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan.
d.
Strategi adaptasi disfungsional
e.
Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan
b.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua
anggota keluarga . Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik.
c.
Pengkajian Lingkungan
1.
Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan
melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic
tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2.
Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga
dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
3.
Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan
dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan
keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
5.
Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
d.
Pengkajian Anak Sekolah
·
Bagaimana karakteristik teman bermain
·
Bagaimana lingkungan bermain
·
Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
·
Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan
adakah sarana yang dimilikinya
·
Bagaimana temperamen anak saat ini
·
Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
·
Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
·
Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
·
Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
·
Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
·
Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau
dirumah saat bermain
·
Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa
ini
·
Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa
jenisnya
·
Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
·
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
e.
Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu.
Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah
keperawatan. Kolaborasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan
keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan
kesehatan.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah
keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian
fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada PES dimana untuk
problem dapat digunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri
dari :
1.
Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
2.
Resiko (ancaman kesehatan)
3.
Keadaan sejahtera (wellness)
Contoh diagnosa keperawatan keluarga ;
a.
Diagnosa Keperawatan keluarga Aktual
1) Contoh 1
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita
(Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenal masalah kekurangan nutrisi.
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita
(Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidakmauan
keluarga mengambil keputusan/tindakan untuk mengatasi masalah
kekurangan nutrisi.
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita
(Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dangan masalah kekurangan nutrisi.
Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga
) mengandung 3 unsur yaitu ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan
mengambil keputusan dan ketidak mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut
cukup hanya menentukan 1 (satu) diagnosa yaitu diagnosa yg ketiga, akan
tetapi dalam metrumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga etiologi
tersebut
2) Contoh 2
Perubahan peran dalam keluarga (bapak S)
berhubungan denganketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran
suami
3) Contoh 3
Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga
bapak B berhubungan dengan ketidakmampuan merawat
anggota keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik).
b.
Diagnosa Keperawatan keluarga Resiko (ancaman)
Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan,
misalnya lingkungan rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat,
stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat, dsb.
Contoh
Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B
berhubungan dengan ketidaktahuankeluarga mengenal masalah
komunikasi
Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S)
keluarga bapak B berhubungan dengan ketidakmauan keluarga
mellakukan stimulasi terhadap Balita.
c.
Diagnosa Keperawatan keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan
sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan . Khusus untuk
diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.
Contoh
1) Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu
hamil (Ibu M) keluarga bapak R
2) Potensial peningkatan status kesehatan pada
bayi (Anak L) keluarga bapak R
3) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan
baru menikah keluarga bapak R
Menyusun
prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi
seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan
prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan
dimasa mendatang.
Cara
membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :
NO
|
KRITERIA
|
SKOR
|
BOBOT
|
1
|
Sifat
masalah
· Aktual
(Tidak/kurang sehat)
· Ancaman
kesehatan
· Keadaan
sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah
· Mudah
· Sebagian
· Tidak
dapat
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensi
masalah untuk dicegah
· Tinggi
· Sedang
· Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolnya
masalah
· Masalah berat, harus segera ditangani
· Ada masalah, tetapi tidak
perlu segera ditangani
· Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga
Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
a. Kriteria 1
Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada
tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya
disadari dan dirasakan oleh keluarga
b. Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a.
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untuk menangani masalah
b.
Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan
dan tenaga
c.
Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
d.
Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas,
organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat
c. Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan :
a.
Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah
b.
Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada
c.
Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah.
d.
Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
d. Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor
tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga .
Menyusun
tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan
tujuan yang berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran
pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada
3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
a. Tujuan
jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
b. Tujuan
jangka menengah
c. Tujuan
akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
3. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri
dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta
dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan
pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan
keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
4. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada
keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat
sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal
dibawah ini ;
a.
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a)
Memberikan informasi
b)
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c)
Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat dengan cara :
a)
Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
b)
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c)
Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
c.
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dengan cara :
a)
Mendemonstrasikan cara perawatan
b)
Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c)
Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d.
Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara ;
a)
Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b)
Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
e.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada dengan cara :
a)
Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga
b)
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada
5
Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan,
dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil
perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga . Unyuk itu dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga . Evaluasi
disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang
dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : keluarga mengatakan nyerinya berkurang.
O : Hal-hal yang
ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A
: Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait
dengan diagnosa keperawatan.
P
: Perencanaan yang akan datang
setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimplan
Keluarga
dengan anak sekolah adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992, keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau
suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi
lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang
layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang
antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit Setyowati
2008).
4.2
Saran
5.
Perawat
Perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, hal pertama yang harus dilakukan adalah
membangun hubungan saling percaya dengan didasarkan sifat empati bukan simpati,
dan mengetahu tugas perkembangan keluarga khususnya keluarga dengan anak usia
sekolah
6.
Puskesmas
Tenaga
kesehatan khususnya pekerja puskesmas mampu mengaplikasikannya kepada
masyarakat terutama pada keluarga dengan anak usia sekolah, dengan strategi promosi kesehatan dan “gaya hidup sehat”
menjadi lebih penting bagi anggota keluarga yang dewasa
7.
Keluarga
Keluarga
memahami tugas perkembangan khususnya pada keluarga dengan usia anak sekolah
dan mampu mengaplikasikannya terhadap keluarganya.