BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Efusi pleura adalah
penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang
berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan
suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi pleura
bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya
penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 20
ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa
adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis,
sirosis hati, gagal jantung kongesif.
Secara geografis penyakit
ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara
yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri,
diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat
melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama
disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di
Negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis.
Atas pertimbangan itulah kami mengangkat masalah ini sebagai makalah kami.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
1.2.1.1
Untuk mengetahui definisi
efusi pleura
1.2.1.2
Untuk mengetahui etiologi
efusi pleura
1.2.1.3
Untuk mengetahui klasifikasi
efusi pleura
1.2.1.4
Untuk mengetahui patofisiologi
efusi pleura
1.2.1.5
Untuk mengetahui manifestasi
klinis efusi pleura
1.2.1.6
Untuk mengetahui pemeriksaan
diagnostik efusi pleura
1.2.1.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan efusi pleura
1.2.1.8 Untuk mengetahui prognosis efusi pleura
1.2.1.9 Untuk mengetahui web of causation (woc) efusi pleura
1.2.1.10 Untuk mengetahui pengkajian
1.2.1.11 Untuk mengetahui diagnosa keperawatan
1.2.1.12 Untuk mengetahui intervensi (nic dan noc)
1.2.1.13 Untuk mengetahui pendidikan kesehatan terpilih (sap dan leaflet)
1.2.2
Tujuan Khusus
1.2.2.1
Agar kelompok
kami memahami tentang beberapa penyakit sistem pernafasan seperti : Efusi
Pleura dan bisa memahami lebih dalam juga mengaplikasikannya dengan baik dan
benar secara teori maupun praktik di lapangan dan memenuhi nilai tugas makalah
Keperawatan Medikal Bedah
1.3 Manfaat
1.3.1
Manfaat untuk
mahasiswa
1.3.1.1
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan memahami tentang penyakit efusi pleura
1.3.2
Manfaat untuk dosen
1.3.2.1
Makalah ini dapat
dijadikan tolak ukur sejauh mana mahasiswa mampu mengerjakan tugas yang
diberikan dan sebagai bahan pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.
BAB II
STUDI
LITERATUR
2.1 Definisi
Efusi
pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi
pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi
pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995)
2.2 Etiologi
Penyebab
efusi pleura biasa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma
(carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ
lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik,
hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68). Dalam
keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi
permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan
membungkus paru-paru). Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
Efusi
pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering
ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
Efusi
pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru
lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh
penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab
lain dari efusi pleura antara lain: gagal jantung, kadar protein darah yang
rendah, sirosis, pneumonia, blastomikosis, koksidioidomikosis, tuberculosis,
histoplasmosis, kriptokokosis, abses dibawah diafragma, artritis rematoid,
pankreatitis, emboli paru, tumor, lupus eritematosus sistemik, pembedahan
jantung, cedera di dada, obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid,
fenitoin, klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin),
pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Efusi pleura transudat
Pada efusi jenis
transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari
pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan
hidrostatik (CHF), penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negative intra
pleura yang meningkat (atelektaksis akut).
Ciri-ciri
cairan:
a. Serosa jernih
b. Berat jenis
rendah (dibawah 1.012)
c. Terdapat
limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
d. Protein <
3%
Penimbunan
cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan hydrothorax, penyebabnya:
a. Payah jantung
b. Penyakit
ginjal (SN)
c. Penyakit hati
(SH)
d. Hipoalbuminemia
(malnutrisi, malabsorbsi)
2.3.2 Efusi pleura eksudat
Eksudat ini
terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri yang berkaitan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler (missal pneumonia) atau drainase limfatik
yang berkurang (missal obstruksi aliran limfa karena karsinoma).
Ciri cairan
eksudat:
a. Berat
jenis > 1.015 %
b. Kadar
protein > 3% atau 30 g/dl
c. Ratio
protein pleura berbanding LDH serum 0,6
d. LDH
cairan pleura lebih besar daripada 2/3 batas atas LDH serum normal
e. Warna
cairan keruh
Penyebab dari
efusi eksudat ini adalah:
a. Kanker
: karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit metastatic ke paru
atau permukaan pleura.
b. Infark
paru
c. Pneumonia
d. Pleuritis
virus
2.4 Patofisiologi
Didalam
rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan
daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan
pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh
limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya
cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara
produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi,
perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal
jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan
vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena
tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan
protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah
putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga
berat jenisnya rendah. (Mcphee,J
Stephen,dkk.2007)
2.5 Manifestasi Klinis
Adanya
timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan
cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya
gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
Deviasi
trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
pleural yang signifikan.
Pemeriksaan
fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
Didapati
segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
Pada
permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
2.6 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
2.6.1 Rontgen dada
Rontgen dada
biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi
pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2.6.2 CT scan dada
CT scan dengan
jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia,
abses paru atau tumor
2.6.7 USGdada
USG bisa
membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,
sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
2.6.8 Torakosentesis
Penyebab dan
jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga
dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
2.6.9 Biopsi
Jika dengan
torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi,
dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
2.6.10 Bronkoskopi
Bronkoskopi
kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
2.6.11 Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan
di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus
dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50
ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura
sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya
sudut costophreicus yang tidak tajam. Bila efusi pleura telah
didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan
jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi
dilakukan pemeriksaan seperti:
a.
Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin,
amylase, pH, dan glucose
b.
Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui
kemungkinan terjadi infeksi bakteri
c.
Pemeriksaan hitung sel
2.6.12 Sitologi untuk mengidentifikasi adanya
keganasan
Langkah selanjutnya
dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan tersebut
merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan
oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan
penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli
paru, sirosis hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor
lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura
eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi
virus, dan keganasan
2.7 Penatalaksanaan
Medis
2.7.1 Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura
ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi ditujukan pula untuk
melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif paru atau terjadinya
desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah cairan yang boleh diaspirasi
ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi dan nadi. Makin
lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan pleura yang bisa
diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi yang dapat timbul
dengan tindakan aspirasi :
a.
Trauma
Karena
aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai pembuluh darah,
saraf atau alat-alat lain disamping merobek pleura parietalis yang dapat
menyebabkan pneumothorak.
b.
Mediastinal
Displacement
Pindahnya
struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan pleura tersebut.
Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan bergesernya kembali
struktur mediastinal. Tekanan negatif yang berlangsung singkat
menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada struktur semula atau
struktur yang retroflux dapat menimbulkan perburukan keadaan terutama
disebabkan terjadinya gangguan pada hemodinamik.
c.
Gangguan
keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan hipoproteinemia.
Pada aspirasi
pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat menimbulkan tiga pengaruh
pokok :
1)
Menyebabkan
berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat menyebabkan anemia,
hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit dalam tubuh
2)
Aspirasi cairan
pleura menimbulkan tekanan cavum pleura yang negatif sebagai faktor
yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih banyak
3)
Aspirasi pleura
dapat menimbulkan sekunder aspirasi.
2.7.2 Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan
berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang kontraversi juga
mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan pembentukan cairan karena
malignancy adalah karena erosi pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaan
citostatic misalnya tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan
zat-zat lainnya seperi atabrine atau penggunaan talc poudrage tidak
memberikan hasil yang banyak oleh karena tidak menyentuh pada faktor
patofisiolgi dari terjadinya cairan pleura.
Pada prinsipnya
metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula menimbulkan gangguan fungsi
vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang berulang kali, dikenal ula
berbagai cara lainnya yaitu :
2.7.3 Thoracosintesis
Dapat dengan
melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula dengan WSD atau dengan
suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi untuk melakukan torasentesis adalah :
a.
Menghilangkan
sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga plera.
b.
Bila therapi
spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
c.
Bila terjadi
reakumulasi cairan.
Pengambilan
pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena pengambilan cairan
pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan
oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak. Kerugian :
a)
Tindakan
thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura.
b)
Dapat
menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c)
Dapat terjadi
pneumothoraks.
Water
Seal Drainage
Telah
dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini dihentikan maka
akan terjadi kembali pembentukan cairan.
Tujuan
·
Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga
pleura dan rongga thorak
·
Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
·
Mengembangkan kembali paru yang kolaps
·
Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga
dada
Tempat Pemasangan WSD
a.
Bagian apex paru (apical)
b.
anterolateral interkosta ke 1-2
c.
fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga
pleura
d.
Bagian basal
-
postero lateral interkosta ke 8-9
-
fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus)
dari rongga pleura
Jenis-jenis WSD
a.
WSD dengan sistem satu botol
-
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan
pada pasien simple pneumothoraks
-
Terdiri dari botol dengan penutup segel yang
mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam
botol
-
Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung
selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang
menyebabkan kolaps paru
-
Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan
terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
-
Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan
gravitasi
-
Undulasi pada selang cairan mengikuti irama
pernafasan :
·
Inspirasi akan meningkat
·
Ekpirasi menurun
b.
WSD dengan sistem 2 botol
-
Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan
drainage dan botol ke-2 botol water seal
-
Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang
awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan
selang di botol 2 yang berisi water seal
-
Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol
1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2
-
Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu
udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan
keluar melalui selang masuk ke WSD
-
Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,
hemopneumothoraks, efusi peural
c.
WSD dengan sistem 3 botol
-
Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk
mengontrol jumlah hisapan yang digunakan
-
Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
-
Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah
air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang
tertanam dalam air botol WSD
-
Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan
yang ditambahkan
-
Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
·
Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan
tube pada botol ke dua
·
Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
·
Tube di tengah yang panjang sampai di batas
permukaan air dan terbuka ke atmosfer
Komplikasi Pemasangan WSD
-
Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension
pneumothoraks, atrial aritmia
-
Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
2.8 Prognosis
Prognosis bervariasi bergantung pada penyebab dan jumlah
cairan. Begitu cairan dibuang, pasien dimonitor untuk mengetahui apakah cairan
terbentuk lagi. Cairan mungkin perlu dibuang secara berkala, tergantung
penyebab
2.9 Web Of
Causation (WOC)
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN
2.9.1 Pengkajian
a.
Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat
perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien.
b.
Keluhan Utama
1)
Keluhan utama merupakan
faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah
sakit.
2)
Biasanya pada pasien
dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada
dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi
pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda seperti batuk, sesak
nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya.
d.
Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah
pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung,
trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
e.
Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah
ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai
penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya
f.
Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien
terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku
pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
g.
Pengkajian Pola Fungsi
®
Pola persepsi dan
tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan.
®
Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor
predisposisi timbulnya penyakit.
h.
Pola nutrisi dan metabolisme
®
Dalam pengkajian pola
nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat
badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
®
Perlu ditanyakan kebiasaan
makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen.
®
Peningkatan metabolisme
akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnyalemah.
i.
Pola eliminasi
®
Dalam pengkajian pola
eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.
®
Karena keadaan umum pasien
yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
j.
Pola aktivitas dan latihan
®
Akibat sesak nafas,
kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
®
Pasien akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
®
Disamping itu pasien juga
akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
®
Untuk memenuhi kebutuhan
ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
k.
Pola tidur dan istirahat
®
Adanya nyeri dada, sesak
nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
tidur dan istitahat
®
Selain itu akibat
perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan
rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
l.
Pemeriksaan Fisik
1)
Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien
perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku
pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
2)
Sistem Respirasi
®
Inspeksi Pada pasien
effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang
antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke
arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus
kordis. RR cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
®
Fremitus tokal menurun
terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu
pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada
yang sakit.
®
Suara perkusi redup sampai
pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga
pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung
lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis
Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di
punggung.
®
Auskultasi Suara nafas
menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis,
dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan
ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas
atas cairan.
3)
Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus
cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1
cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
® Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga
memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
® Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau
ventrikel kiri.
® Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan
adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
4)
Sistem Pencernaan
® Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu
di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
® Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya
5-35kali per menit.
® Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien, apakah hepar teraba.
® Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5)
Sistem Neurologis
® Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan
pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma
® Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.
® Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
6)
Sistem Muskuloskeletal
® Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial
® Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer
serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.
® Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
7)
Sistem Integumen
® Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2.
® Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).
Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui
derajat hidrasi seseorang,
2.9.2
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan
dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga
pleura
2.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhungungan dengan sekresi muskus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk
dan edema trakeal/faringeal
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler
4.
Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea
2.9.3
Intervensi Keperawatan
Diaognosa 1 :
Ketidakefektifan
pola nafas yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura
Noc :
Domain II - Kesehatan Fisiologi
Kelas E – Jantung Paru
Outcome 0403 Status
Pernafasan : Ventilasi
Outcome 0410
Status Pernafasan : Kepatenan jalan nafas
Outcome 0802
Tanda – Tanda Vital
Kriteria Hasil :
® Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
® Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
® Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Nic :
Domain Fisiologis : Kompleks
(Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3140 Menejemen Jalan Nafas
Definisi : Fasilitasi Kepatenan
Jalan Nafas
Aktifitas :
® Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
Rasional : Untuk memberikan posisi yang nyaman pada pasien.
® Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : agar pertukaran
udara bisa maksimal
® Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Rasional : Agar pasien
bisa bernafas dengan baik dan lancar
® Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional : Mengetahui
kondisi terkini pasien
® Buang sekret
dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir
Rasional : Untuk
memperlancar saluran pernafasan
® Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
Rasional : Untuk
memantau kondisi terbaru dari pasien
® Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Rasional : untuk
memenuhi cairan tubuh agar psien tidak dehidrasi
® Monitor respirasi dan status O2
Rasional : Mengatur
jumlah udara yang masuk dalam tubuh
Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3320 Terapi Oksigen
Definisi :
Pemberian oksigen dan pemantauan mengenai aktifitasnya
® Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
® Pertahankan
jalan nafas yang paten
® peralatan
oksigenasi
® Monitor aliran
oksigen
® Pertahankan
posisi pasien
® Onservasi
adanya tanda tanda hipoventilasi
® Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Intervensi
Vital sign Monitoring
® Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
® Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
® Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
® Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
® Monitor TD,
nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
® Monitor
kualitas dari nadi
® Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
® Monitor suara
paru
® Monitor pola
pernapasan abnormal``
® Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
® Monitor
sianosis perifer
® Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
® Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Diagnosa 2 :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhungungan dengan sekresi muskus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk
dan edema trakeal/faringeal
Noc :
Domain II - Kesehatan Fisiologi
Kelas E – Jantung Paru
Outcome 0403 Status Pernafasan : Ventilasi
Outcome 0410 Status Pernafasan : Kepatenan jalan nafas
Aspiration Control
Kriteria Hasil :
® Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
® Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
® Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
Nic :
Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3160
pengisapan lendir pada jalan nafas
Definisi :
membuang sekret dengan memasukkan kateter suksion ke dalam mulut, nasofaring,
atau trakea pasien
® Lakukan
tindakan cuci tangan
Rasional : Agar terhindar
dari kuman dan bakteri yang berpngaruh pada proses penyembuhan pasien
® Gunakan alat
pelindung diri (sarung tangan, kacamata, masker) sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Untuk
melindungi diri dari kuman dan bakteri penyebab penyakit
®
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Rasional : untuk membantu proses bernafas pasien
®
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Rasional : Agar pasien dan
keluraga mengerti prosedur dilakukan suctioning
®
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Rasional : Mnegatur
perkembangan suara nafas pasien masih ada ronchi apa tidaknya
® Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
Rasional : Mencegah penularan
penyakit dan infeksi
® Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
Rasional : Membantu proses penyembuhan psien setelah dilakukan suctinong.
Domain
Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen
Pernafasan
Intervensi 3140
Menejemen Jalan Nafas
Definisi :
Fasilitasi Kepatenan Jalan Nafas
® Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
® Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : Posisi membantu memaksimalkanekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.
Ventilasi maksimal membuka area atelektasisdan meningkatkan gerakan sekret ke
dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
® Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
® Lakukan fisioterapi dada jika perlu
® Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Rasional : Mencegah obstruksi atau aspirasi. Penghisapan dapat
diperlukan bila pasien tidak mampu
Diagnosa 3 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi
paru, kerusakan membran alveolar kapiler
Noc :
Domain II - Kesehatan Fisiologi
Kelas E – Jantung Paru
Outcome 0402 Status
pernafasan : pertukaran Gas
Outcome 0403 Status
Pernafasan : Ventilasi
Status tanda
vital
Kriteria Hasil :
® Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
® Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
® Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
® Tanda tanda vital dalam rentang normal
Nic :
Domain Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen Pernafasan
Intervensi 3160
pe1`ngisapan lendir pada jalan nafas
Definisi :
membuang sekret
dengan memasukkan kateter suksion ke dalam mulut, nasofaring, atau trakea pasien
® Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Rasional : Untuk
memperlancar jalan nafas pasien
® Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional : Mengetahui
masih ada tidaknya cairan dalam paru-paru
® Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Rasional : Memperlancar
jalan nafas pasien
® Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
® Lakukan suction pada mayo
® Berika bronkodilator bial perlu
® Barikan pelembab udara
® Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
® Monitor respirasi dan status O2
Domain
Fisiologis : Kompleks (Lanjutan)
Kelas Manejemen
Pernafasan
Denifisi :
Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas
® Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
® Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
® Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
® Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
® Catat lokasi
trakea
® Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
® Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
® Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
® auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Diagnosa 4 :
Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea
Noc :
Domain II – Kesehatan
Fisiologi
Kelas – Pencernaan &
Nutrisi
Outcome 1008 Status
Nutrisi : Asupan Makanan & Cairan
Nic :
Domain Fisiologis : Dasar
Kelas Dukungan Nutrisi
Intervensi 1100 Manajemen
Nutrisi
Definisi :
Menyediakan dan meningkatkan
intake nutrisi yang
seimbang
Aktivitas :
® tentukan status
gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
Rasional : Untuk membantu
agar kesembuhan pasien lebih optimal
® identifikasi
adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
Rasional: Untuk mencegah
terjadinya penyakit efusi pleura yang diderita oleh pasien lagi
® intruksikan
pasien mengenai kebutuhan nutrisi
Rasional: Untuk membantu
perbaikan nutrisi pada pasien
® tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
Rasional : Untuk mengatur
kadar kalori yang harus dipenuhi oleh pasien
® lakukan atau
bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan
Rasional : Untuk
menerapkan pola sehat dan kebersihan pada pasien
® anjurkan pasien
untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika memungkinan
Rasional : Untuk
mengajarkan pada pasien agar bisa memobilisasi
® monitor
kecenderungan terjadi penurunan dan kenaikan berat badan
Rasional : Untuk memantau
perkembangan kondisi pasien.
Domain I Fisiologi
: Dasar
Intervensi Monitor
nutrisi
Definisi : Pengumpulan dan analisa data pasien yang berkaitan dengan asupan
nutrisi
® Lakukan
pengukuran antropometrik pada komposisi tubuh (misalnya, indeks massa tubuh ,
pengukuran pinggang , dan lipatan kulit )
Rasional untuk mengetahui
indeks massa tubuh pinggang, dan lipatan kulit pasien
® Monitor turgor
kulit dan mobilitas
Rasional : untuk
mengetahui kekenyalan kulit dan aktifitas pasien
® Identifikasi
perubahan nafsu makan dan aktivitas akhir-akhir ini.
Rasional : untuk
mengetahui banyak nutrisi yang masuk
® Tentukan rekomendasi energi(misalnya,
Recomended Dietary Allowance) berdasarkan faktor pasien (misalnya, umur, berat
badan, tinggi badan, gender dan tingkat aktivitas fisik)
Rasional : untuk
mengetahui rencana kedepan untuk kenaikan berat badan
2.9.4 Pendidikan Kesehatan
Terpilih (SAP & Leaflet)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Bidang Studi :
Keperawatan Komunitas
Topik : Pengetahuan tentang
penyakit Efusi pleura
Sasaran :
Masyarakat Rungkut Pandugo
Tempat : Balai RW Pandugo
Hari / Tanggal : Minggu , 23 oktober
2016
Waktu : 30 menit
I.
Tujuan Instruksional
Umum
Setelah dilakukan penyuluhan
selama 30 menit, masyarakat diharapkan
mampu mengetahui tentang apa itu penyakit efusi pleura ,sehingga dapat melakukan pencegahan dalam
kehidupan sehari-hari.
II.
Tujuan Instruksional
Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat
diharapkan mampu:
-
Menjelaskan definisi penyakit efusi pleura
-
Menjelaskan etiologi
penyakit efusi pleura
-
Menjelaskan manifestasi penyakit efusi pleura
-
Menjelaskan pencegahan penyakit efusi pleura
-
Mejelaskan pengobatan penyakit efusi pleura
III.
Sasaran
Masyarakat Rungkut
pandugo
IV.
Materi
-
Definisi penyakit efusi pleura
-
Etiologi penyakit efsi pleura
-
Manifestasi penyakit efusi pleura
-
Pencegahan penyakit efusi pleura
-
Pengobatan penyakit efusi pleura
V.
Metode
-
Slide / LSD /Ceramah
-
Diskusi / tanya jawab.
VI.
Media
-
Leaflet
VII.
Kegiatan Penyuluhan
No
|
Tahap
|
Waktu
|
Kegiatan
|
|
Penyuluh
|
Peserta
|
|||
1.
|
Pra
Interaksi Pembukaan
|
3 menit
|
·
Penyuluh mengucapkan salam dan perkenalan diri
·
Menyampaikan tujuan penyuluhan
·
Melakukan kontrak waktu
·
Menyebutkan materi yang diberikan
|
·
Menyambut salam dan mendengarkan
·
Mendengarkan
·
Mendengarkan
·
Mendengarkan
|
2.
|
Interaksi
Pelaksanaan
|
15 menit
|
·
Menjelaskan tentang:
-
Definisi penyakit efusi pleura
-
Etiologi penyakit Manifestasi penyakit efusi
pleura
-
Pencegahan penyakit efusi
pleura
-
Pengobatan penyakit efusi pleura
·
Memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya (diskusi)
|
·
Mendengarkan dan memperhatikan
·
Memperhatikan dan bertanya.
|
3.
|
Evaluasi
|
10 menit
|
·
Menanyakan kembali kepada masyarakat tentang materi yang
telah disampaikan.
|
·
Menjawab dan menjelaskan pertanyaan
|
4.
|
Terminasi
Penutup
|
2 menit
|
·
Mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan perangkat
desa
·
Mengucapkan salam
|
·
Membalas ucapan terima kasih
·
Menjawab salam
|
VIII.
Pengorganisasian :
- Pembimbing : 1. Retno Sumara,S.Kep.,Ns.,M.Kep
2. dr. Agus S ,Sp. P
3. Fatin Lailatul B, S.Kep.,Ns.,M.Kep
- Moderator : Rifiqi
- Penyaji : Sulastri N
- Fasilitator : 1.Saidahtul maifuroh
2. Andi setiawan
3. Nazula nurmawarda
- Observer :
Lusinta Dwi Setting Tempat
IX.
Kriteria Evaluasi
1.
Evaluasi struktur
-
Kesiapan materi
-
Kesiapan SAP
-
Kesiapan media
-
Semua peserta hadir di tempat penyuluhan
tepat waktu
-
Penyuluhan dilaksanakan di balai desa
kalimo’ok
-
Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan
dilakukan sebelumnya
2.
Evaluasi proses
-
Penyuluhan dimulai dengan waktu yang telah
direncanakan sebelumnya
-
Peserta penyuluhan
antusias mengikuti materi penyuluhan
-
Peserta penyuluhan terlibat aktif dalam
kegiatan penyuluhan
-
Peserta mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan benar
-
Suasana penyuluhan
berjalan dengan tertib
-
Peserta tidak
meninggalkan tempat penyuluhan.
3.
Evaluasi hasil
Masyarakat dapat memahami
materi yang disampaikan dan dapat melakukan penvegahan agar tidak terkena
penyakit efusi pleura.
Lampiran
EFUSI
PLEURA
A.
Pengertian
Efusi pleural
adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang
terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat
berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural
adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi
(Smeltzer C Suzanne, 2002).
B.
Penyebab
Efusi Pleura
Penyakit tertentu
® TBC
® Penyakit Hati
® Gagal ginjal
® Ada udara di dalam rongga paru
® Gagal jantung
Penyebab dari dalam
®
Perubahan
tekanan pada paru
®
Perubahan
pada rongga paru
C.
Tanda
Gejala
®
Demam
®
Menggigil
®
nyeri
dada pleuritis (pneumonia)
®
panas
tinggi (kokus)
®
subfebril
(tuberkulosisi)
®
banyak
keringat
®
batuk
®
banyak
riak
®
lemas
®
nafsu
makan dan berat badan turun
D.
MakananYang Dianjurkan
Makanan
yang tinggi protein
®
Telur
®
Susu
®
Ikan
®
Kacang – kacangan
®
Tahu
®
Tempe
BAB V
PENUTUP
4.1 Simpulan
Efusi
pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi
pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Penyebab
efusi pleura biasa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma
(carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ
lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik,
hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68).
4.2 Saran
Saya menyadari
makalah ini kurang sempurna dan banyak kesalahannya, untuk menyempurnakan
makalah ini saya sangat berharap bantuan dari semua pihak, terutama pembaca
untuk menyempurnakan makalah ini. untuk pembaca saya sarankan untuk mencari
referensi yang lainnya, karena referensi yang saya dapatkan masih sangat
terbatas. Dari pemecahan masalah kasus diatas
untuk semua pembaca hindari merokok karena merokok adalah sesuatu yang
merugikan bagi tubuh. Bukan hanya penyakit yang timbul bahkan dapat meyebabkan
kematian. Atas saran dan kritik yang membangun tersempurnanya makalah saya ini,
saya ucapkan terima kasih.
BAB V
DAFTAR
PUSTAKA
Digiulio,Mary,dkk.2014.Keperawatan
Medikal Bedah.Yogyakarta:Rapha Publishing
Francis,Caia.2006.Perawatan Respirasi.Jakarta:Penerbit
Erlangga
Brasher,L Valentina.2007.Aplikasi
Klinis Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Djojodibroto,R Darmoto.2009.Respirologi(Respiratory medicine).Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Mansjoer,M Arief,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aerculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Price, A Sylvia,dkk.1991.Patofisiologi
Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 4.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Isselbacher,dkk.2000.Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mcphee,J Stephen,dkk.2007.Patofisiologi Penyakit.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lehrer,Md Steven.1990.Bunyi
Paru Dalam Praktek Sehari-hari.Jakarta:Binarupa Aksara