Kamis, 08 Oktober 2015

HIPOPITUITARI

UMSurabaya S1 Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Secara umum, penyakit – penyakit sistem endokrin (endokrinopati) ditandai dengan kelebihan atau kekurangan produksi hormon, yang klinisnya berupa keadaan hipofungsi atau hiperfungsi. Gangguan – gangguan semacam ini sering kali berkaitan dengan gangguan mekanis umpan balik.) seperti hipopituitari. Hipopituitari merupakan kelainan fungsi kelenjar hipofisis yang mencakup gangguan akibat kekurangan hormon GH atau yang dikenal Growth Hormon. Aktifitas beberapa organ endokrin, misalnya hipofisis diatur oleh adanya hormon- hormon stimulator atau inhibitor yang dihasilkan di hipotalamus. Di tempat-tempat lain, seperti korteks adrenal, hormon-hormon yang diproduksi kelenjar tersebut menghambat sintesis hormon-hormon topik yang dilepas oleh hipotalamus dan hipofisis, suatu proses dikenal sebagai hambatan umpan balik (feedback inhibition).
Hipopituitarisme pada anak menimbulkan gejala kerdill (dwarfism). Dwarfisme dapat disebabkan oleh defisiensi GRH, defisiensi IGF-I, atau penyebab lainnya. Beberapa kasus dwarfisme disebabkan oleh defisiensi seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior atau disebut panhipopituitarisme selama masa anak-anak. Pada umumnya, pertumbuhan bagian-bagian tubuh sesuai satu sama lain, tetapi kecepatan pertumbuhannya sangat berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi GRH. Pada keadaan ini, respons hormon pertumbuhan terhadap GRH tetap normal, tetapi sebagian penderita mengalami kelainan pada sel-sel pensekresi hormon pertumbuhan.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini sebagai acuan materi pembelajaran sistem endokrin kepada para mahasiswa. Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipopituitari dengan baik, tepat dan benar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Definisi
Hypopituitari adalah suatu kondisi di mana kelenjar pituitari (kelenjar kecil di dasar otak) tidak menghasilkan satu atau lebih hormon atau tidak cukup dari mereka. Kondisi ini dapat terjadi karena penyakit di hipofisis atau hipotalamus (bagian dari otak yang berisi hormon yang mengendalikan kelenjar hipofisis). Ketika ada produksi rendah atau tidak ada dari semua hormon hipofisis, kondisi ini disebut panhypopituitarism. Kondisi ini dapat mempengaruhi baik anak-anak atau orang dewasa.
Kelenjar pituitari mengirimkan sinyal ke kelenjar lain (misalnya, kelenjar tiroid) untuk menghasilkan hormon (misalnya, hormon tiroid). Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan kelenjar lainnya memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, reproduksi, tekanan darah, dan metabolisme (proses fisik dan kimia tubuh). Bila satu atau lebih hormon ini tidak diproduksi dengan benar, fungsi normal tubuh dapat terpengaruh. Beberapa hormon seperti kortisol dan hormon tiroid mungkin memerlukan pengobatan yang tepat, sedangkan yang lain tidak mungkin mengancam nyawa.
Kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa hormon. Beberapa hormon penting adalah sebagai berikut:
a.       Hormon adrenokortikotropik (ACTH) adalah hormon yang merangsang kelenjar adrenal (kelenjar pada ginjal yang menghasilkan hormon). ACTH memicu kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon yang disebut kortisol, yang mengatur metabolisme dan tekanan darah.
b.      Thyroid-stimulating hormon (TSH) adalah hormon yang merangsang produksi dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid (sebuah kelenjar dalam sistem hormon). Hormon tiroid mengatur metabolisme tubuh dan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan.
c.       Hormon follicle-stimulating hormon (FSH) dan luteinizing (LH) adalah hormon yang mengontrol fungsi seksual pada pria dan wanita. Mereka juga dikenal sebagai gonadotropin atau hormon seks (misalnya, estrogen, testosteron).
d.      Hormon pertumbuhan (GH) adalah hormon yang merangsang pertumbuhan normal tulang dan jaringan.
e.       Prolaktin adalah hormon yang merangsang produksi susu dan pertumbuhan payudara wanita.
f.       Hormon antidiuretik (ADH) adalah hormon yang mengontrol kehilangan air oleh ginjal.
g.      Dalam hypopituitarism, satu atau lebih hormon hipofisis hilang. Kurangnya hormon hasil pada hilangnya fungsi dari kelenjar atau organ yang mengontrol.

2.2  Etiologi

1.      Tumor Otak   
Kebanyakan kasus hypopituitarism disebabkan adenoma hipofisis menekan jaringan normal di kelenjar, dan jarang lainnya tumor otak luar kelenjar- craniopharyngioma, meningioma, Chordoma, ependymoma, glioma atau metastasis dari kanker di tempat lain di tubuh.
2.      Infeksi, peradangan dan  infiltrasi otak
Pituitary juga dapat dipengaruhi oleh infeksi pada otak ( abses otak , meningitis , ensefalitis ) atau kelenjar itu sendiri, atau mungkin disusupi oleh sel-sel yang abnormal ( neurosarcoidosis , histiocytosis ) atau besi yang berlebihan ( hemochromatosis ). sindrom sella Kosong tidak dapat dijelaskan hilangnya jaringan hipofisis, mungkin karena tekanan luar. hypophysitis autoimun atau limfositik terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara langsung menyerang hipofisis.
a.       Vascular          
Sebagai kehamilan datang ke istilah , kelenjar pituitari wanita hamil rentan terhadap tekanan darah rendah , seperti dapat mengakibatkan bentuk perdarahan , kerusakan hipofisis akibat pendarahan setelah melahirkan disebut sindrom Sheehan . hipofisis pitam adalah perdarahan atau infark (kehilangan suplai darah) dari hipofisis.  Bentuk lain dari stroke semakin diakui sebagai penyebab hypopituitarism.
b.      Cedera Fisik    
Penyebab fisik eksternal untuk hypopituitarism termasuk cedera otak traumatis , perdarahan subarachnoid , bedah saraf , dan radiasi pengion (misalnya terapi radiasi untuk tumor otak sebelumnya).
c.       Bawaan / Keturunan
Bawaan hypopituitarism (hadir sejak lahir) mungkin hasil komplikasi persalinan sekitar, atau mungkin hasil pembangunan tidak cukup ( hipoplasia ) dari kelenjar, kadang-kadang dalam konteks kelainan genetik tertentu.  Mutasi dapat menyebabkan salah perkembangan cukup kelenjar atau penurunan fungsi.  Kallmann sindrom menyebabkan kekurangan gonadotropin saja. Bardet-Biedl dan sindrom Prader-Willi telah dikaitkan dengan kekurangan hormon hipofisis.

Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. primer bila gangguan terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipotalamus.
  1. Primer: Pembedahan, radiasi, tumor (primer atau metastasis), infeksi, infiltrasi (sarkoidosis), hemokromatosis, autoimun, iskemia (termasuk sindrom Sheehan), aneurisma karotis, trombosis sinus kavemosus, trauma.
  2. Sekunder (disfungsi hipotalamus atau gangguan pada tangkai hipotalamus): Tumor (termasuk kraniofaringioma), infeksi, infiltrasi, radiasi, pembedahan, dan trauma.
Akibat dari hipopitutarisme adalah penurunan berat badan yang ekstrim, pelisutan tubuh, atrofi semua kelenjar serta organ endokrin, kerontokan rambut, impotensi, amenore, hipometabolisme, dan hipoglikemia. Koma dan kematian akan terjadi jika tidak dilakukan terapi hormon pengganti.
2.3  Patofisiologi
Infusiensi hipofisis pada umumnya memengaruhi semua kelenjar hormon yang secara normal disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Oleh karena itu, manifestasi klinis dari panhipopituitarisme merupakan gabungan pengaruh metabolic  akibat kekurangan sekresi masing-masing hormon hipofisis.
Beberapa proses patologik dapat mengakibatkan infusiensi hipofisis dengan cara merusak sel-sel hipofisis normal: (1) tumor hipofisis, (2) thrombosis vascular yang mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal, (3) penyakit granulomaltosa infiltrative, dan (4) idiopatik atau mungkin penyakit yang bersifat autoimun.
Sindrom klinis yang diakibatkan oleh panhipopituitarisme pada anak-anak dan orang dewasa berbeda. Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatic akibat defisiensi  pelepasan GH. Dwarfisme hipofisis (kerdil) merupakan kosenkuensi dari defisiensi tersebut. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual sekunder dan genetalia eksterna gagal berkembang. Selain itu sering pula ditemukan  berbagai derajat infusiensi adrenal dan hipotiroidisme; mereka mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan perkembangan intelektual yang lamban; kulit biasanya pucat karena tidak adanya MSH.
Kalau hipopituitarisme terjadi pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologi sebagai berikut : defisiensi GH, hipogonadisme, hipotiroidisme dan insufisiensi adrenal. Karena orang dewasa telah menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan hipopituitarisme adalah normal. Manifestasi defisiensi GH mungkin dinyatakan dengan timbulnya kepekaan yang luar biasa terhadap insulin dan terhadap hipoglikemia puasa. Bersamaan dengan terjadinya hipogonadisme, pria menunjukkan penurunan libido, impotensi dan pengurangan progresif pertumbuhan rambut dan bulu di tubuh, jenggot dan berkurangnya perkembangan otot.  Pada wanita, berhentinya siklus menstruasi atau amenorea, merupakan tanda awal dari kegagalan hipofisis. Kemudian diikuti oleh atrofi payudara dan genetalia eksterna. Baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan berbagai tingkatan hipotiroidisme dan infusiensi adrenal. Kurangnya MSH akan mengakibatkan kulit pasin ini kelihatan pucat.
Kadang kala pasien memperlihatkan kegagalan hormon hipofisis saja. Dalam keadaan ini, penyebab defisiensi agaknya terletak pada hipotalamus dan mengenai hormon pelepasan yang bersangkutan.
Pada pasien dengan panhipopituitarisme, tingkat dasar hormon tropic ini rendah, sama dengan tingkat produksi hormon kelenjar target yang dikontrol oleh hormon-hormon tropik ini.Pasien dengan hipopituitarisme, selain memiliki tingkat hormon basal yang rendah, juga tidak merespons terhadap pemberian hormon perangsang sekresi. Uji fungsi hipofisis kombinasi dapat dilakukan pada pasien ini dengan menyuntikkan (1)insulin untuk menghasilkan hipoglikemia, (2) CRH, (3) TRH, dan (4) GnRH. Hipoglikemia dengan kadar serum glukosa yang kurang dari 40 mg/dl, normalnya menyebabkan pelepasan GH, ACTH, dan kortisol; CRH merangsang pelepasan ACTH dan kortisol;  TRH menrangsang pelepasan TSH dan prolaktin; sedangkan GnRH merangsang pelepasan FSH dan LH. Pasien dengan panhipopitutarisme gagal untuk merespon empat perangsang sekresi tersebut. Selain studi biokimia, juga disarankan pemeriksaan radiografi kelenjar hipofisis pada pasien yang diperkirakan menderita hipofisis, karena tumor-tumor hipofisis seringkali menyebabkan gangguan-gangguan ini.
2.4  Manifestasi Klinis
1.      Tanda-tanda klinis sesuai dengan penyebabnya, misalnya bakteremia, viral, hepatitis, dan trauma.
2.      Gangguan penglihatan dan papiledema.
3.      Tanda-tanda deficit gonadotropin.
    1. Menurun kadar FSH, LH serum, dan steroid gonad.
    2. Anak-anak mengalami terlambat pubertas.
    3. Dewasa: Wanita (oligomenorea atau amenorea, atrofi uterus dan vagina, potensial atrofi payudara, serta hilangnya libido); Pria (hilangnya libido, jumlah sperma berkurang, gangguan ereksi, tedtis mengecil, dan rambut tubuh rontok).
    4. Manifestasi deficit hormon pertumbuhan.

a)      Anak-anak
Pertumbuhan lambat, tetapi bagian tubuh proporsional, terlalu banyak jaringan lemak, tetapi pertumbuhan otot buruk.
Ø  Terlambat pubertas, tetapi pada akhirnya perkembangan seksual normal
Ø  Kadar hormon pertumbuhan serum menurun.
b)      Dewasa
Ø  Tubuh pendek sekali.
Ø  Pertumbuhan otot buruk sehingga cepat lelah.
Ø  Emosi labil.
Ø  Manifestasi defisit prolaktin (ibu  pascapartum tidak mengeluarkan air susu dan kadar prolaktin serum kurang). 

2.5  Pemeriksaan Diagnostik
  1. 17-ketosteroid urin, 17-hidrokortikosteroid dan kortisol plasma: menurun.
  2. Defisiensi kortisol serum, tiroksin, testosteron, estrogen, dan hormon pertumbuhan.
  3. Kurangnya kompensasi untuk peningkatan kadar ACTH, TSH, follicle-stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH), dan GH serum.
  4. Tes tolerancia insulin
  5. Pencitraan:
            Sinar-x: perubahan Skull-sellar
            CT-scan atau MRI kepala
a.       Pemeriksaan oftalmologik
            Défisit lapang pandang
            Penurunan ketajaman
b.      Pemeriksaan endokrin: tes stimulasi ACTH dan TRH
2.6  Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan laboraturium
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kostikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
Nilai normal BMR:
Dihitung dengan rumus BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek Nadi)-72
Normalnya -10 sampai 15%
2.      Pemeriksaan radiologi atau Rontgenologis Sella Tursika
a.       Foto polos kepala
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
b.      Pneumoensefalografi
c.       Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
d.      CT scan
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama prosedur.
3.      Pemeriksaan Lapang Pandang
Kelainan lapang pandang mencurigakan adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optic.Pemeriksaan Diagnostik
4.      Pemeriksaan kortisol, T3 dan T4 serta esterogen atau testosterone
Hasil normal:
Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
T3 dan T4 serum:
Specimen yang dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 5-10 cc.
a.       Nilai normal pada orang dewasa:
Jodium bebas: 0,1-0,6 mg/dl
T3: 0,2-0,3 mg/dl
T4: 6-12 mg/dl
b.      Nilai normal pada bayi/anak:
T3: 180-240 mg/dl
5.      Pemeriksaan ACTH, TSH dan LH
Hasil normal:
ACTH menurun kadarnya dalam darah.
TSH normal 6-10 mikrogram/ml
LH normal 6-10 mikrogram/ml
6.      Tes provokatif
Menggunakan stimulant atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum
2.7  Penatalaksanaan

1.      Kausal
Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila gejala-gejala tekanan oleh tumor progresif dilakukan operasi.
2.      Terapi Substitusi

a.       Hidrokortison antara 20-30 mg/24 jam diberikan per-os, umumnya disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10-15 mg waktu pagi dan 10 mg waktu malam. Prednison dan deksametason tidak diberikan karena kurang menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapat stress (infeksi, operasi, dan lain-lain), dosis oral dinaikkan atau diberikan cairan per-infus NaCl-glukosa, steroid dan vasopreses.
b.      Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan juga androgen dosis setengah pada laiki-laki dan hentikan bila ada gejala virilisasi.
c.       Puluis tiroid/ tiroksin diberikan setelah terapi hidrokortison.
d.      Testosterone pada penderita laki-laki berikan suntikan testoteron enantot atau testosterone sipirionat 200 mg intramuscular tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.
Tumor hipofisis dapat diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat. Misalnya akromegali dan hiperprolaktinemia dengan himokriptin
2.8  Komplikasi
1.      Kardiovaskular
    1. Hipertensi
    2. Tromboflebitis
    3. Tromboembolisme
    4. Percepatan uterosklerosis
    5. Imunologi
Peningkatan risiko infeksi dan penyamaran tanda-tanda infeki.
2.      Perubahan mata
    1. Glaucoma
    2. Lesi kornea
    3. Musculoskeletal
a)      Pelisutan otot
b)      Kesembuhan luka yang jelek
c)      Osteoporis dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis aseptic kaput femoris.
d)     Metabolik
1.      Perubahan pada metabolism glukosa syndrome penghentian steroid.
2.      Perubahan penampakan
a.       Muka seperti bulan (moon face)
b.      Jerawat

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
 3.1 Pengkajian
Tanggal     : 02 Februari 2015
Ruangan    : Ruang Rawat Inap RS . . . . . . 
1.1  Identitas
Nama pasien                : Ny. W
Umur                           : 65 th
No.Register                 : 374XXX
Jenis kelamin               : Perempuan
Suku bangsa                : Indonesia
Pekerjaan                     : -
Pendidikan                  : -
Alamat                        : -
Tanggal MRS              : -
Diagnosa Medis          Hipopituitari
1.2  Status Kesehatan
Keluhan utama saat pengkajian : Nafsu Makan Menurun
1.3  Riwayat kesehatan
1.      Riwayat kesehatan/ penyakit sekarang :
klien merasa Lesu, mual muntah dan nafsu makan menurun.
2.      Riwayat kesehata penyakit dahulu :
-
3.      Riwayat kesehatan/ penyakit keluarga
-
4.      Genogram
-
1.4  Pola Fungsi Kesehatan
1.      Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
-
2.      Pola nutrisi – metabolik
SMRS : klien mengatakan makan seperti biasanya tidak ada keluhan
MRS : - klien mengatakan nafsu makan menurun , sering mual setelah makan
-          Badan tampak lemas
-          Tampak pucat
MK: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 
3.      Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi
-
Eliminasi Urin
-
4.      Pola istirahat dan tidur
-
5.      Pola Aktivitas – Latihan
-
6.      Pola kognitif-perseptual-keadekuatan alat sensori
-
7.      Pola persepsi dan konsep diri
-
a.       Gambaran diri : -
b.      Harga diri -
c.       Ideal diri : -
d.      Peran diri : -
e.       Identitas diri : -
8.      Pola reproduksi seksual
-
9.      Pola hubungan peran
a.       Persepsi klien tentang pola hubungan
-
b.      Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab
-
10.  Mekanisme koping
a.       Kemampuan mengendalikan stress
-
11.  Pola tata nilai dan kepercayaan
-
1.5  Pemeriksaan penunjang
1.      Pemeriksaan laboratorium
DL+DFF
-          Hemoglobin 11 g/dL
-          Jumlah eritrosit 3.0 x 109 / L
-          trombosit 99 x 109 /L
-          Hiponatriumia 118 mmol/L
-          albumin 25 g/L
-          Serum proktin 343 mIU / L
2.      Pemeriksaan radiologi
-
3.      Pemeriksaan lai-lain
TD = 98/60mmHg
N = -
S = -
RR = -
4.      Terapi dan diet
1.     rituximah,
2.     siklofosfamid,
3.      vinkristin,
4.     doksorubisia, dan
5.     prednisoion (R-(HOP).








3.2                                                                                                                                                                                                                                          Analis Data
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
DS : klien mengatakan tidak     nafsu makan, mual muntah.
DO  : - Tampak Pucat
         - Nafsu makan menurun
        - Lesu
Kartisol
Anoreksia
Nafsu Makan Menurun
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh


DS : Klien mengatakan Lesu
DO : - Edema
         - Keletihan
        -Hipotensi TD 98/60        MmHg
Hiponatremia
Hipotensi
Penurunan curah jantung
Penurunan Curah Jantung
DS : Klien Mengatakan Perubahan Dalam Sensasi Nafsu Makan
DO : -Edema Perifer
        - Tampak Pucat
Pelepasan Hormon
Pendarahan
Protein Plasma Hilang
Edema
Perfusi Jaringan
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer

3.3  Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Hilang Nafsu Makan
2.      Penurunan Curah Jantung
3.      Gangguan Perfusi Jaringan Perifer b/d hipovolemia

3.4  Intervensi Keperawatan
DX 1 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Hilang Nafsu Makan
Tujuan          :
Kriteria Hasil :

No.
Diagnosa
Intervensi
Rasional
1.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan, mual muntah

1.      Manajemen nutrisi
2.      Pantau berat badan klien
3.      Konsultasikan pada ahli gizi
1.      Untuk membantu dan menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
2.      Untuk mengetahui pencapaian kenaikan berat badan
3.      Untuk menentukan asupan kalori harian yang dibutuhkan pasien untuk mencapai target berat badan yang normal

DX 2 Penurunan Curah Jantung
Tujuan          :
Kriteria Hasil :
No.
Diagnosa
Intervensi
Rasional
2.
Penurunan Curah Jantung

1.      Pantau tanda vital: tensi, irama jantung
2.      Kaji pengisian kapiler dan nasi perifer
3.      Ukur jumlah haluaran urine
4.      Kolaborasi pemberi O2
1.      Krisis addison mungkin menyebabkan tekanan darah menurun. Frekwensi jantung yang tidak teratur akan menimbulkan penurunan curah jantung.
2.      Pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat & lemah merupakan indikasi terjadi syok.
3.      Walaupun biasanya ada poliuria penurunan haluaran urine menggambarkan penurunan perfusi ginjal oleh penurunan curah jantung.
4.      Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung.

DX 3 Gangguan Perfusi Jaringan Perifer b/d hipovolemia
Tujuan          :
Kriteria Hasil :
No
Diagnosa
Intervensi
Rasional
3.
Gangguan perfusi jaringan b/d hipovolemia

1.      Observasi keluhan pusing, kesadaran klien.
2.      Lakukan pengukuran tanda vital tiap 2 jam
3.      Kaji keadaan kulit: dingin, sianosis, keringat, pengisian kapiler.
4.      Anjurkan kepada keluarga pasien untuk melaporkan kepada tim kesehatan jika ada indikasi hipovolemia
5.      Kolaborasi:
-          Berikan oksigen
-          Berikasn cairan IV
-          Siapkan transfuse
1.      Perubahan menunjukan ketidakadekuatan perfusi serebral.
2.      Menunjukan indikasi adekuatnya keseimbangan cairan.
3.      Untuk menunjukkan respon penurunan volume sirkulasi
4.      Agar tidak lebih parah
5.      Sebagai tindakan infasif apabila terjadi hipovolemia





3.5  Aspek Legal Etik
3.5.1        Aspek Legal
Dalam kasus ini, peran perawat sebagai advokat harus bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam hal inform concern atas tindakan keperawatan yang dilakukan. Selain itu juga harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serta memastikan kebutuhan klien terpenuhi

3.5.2        Etik Keperawatan
(a)   Otonomi
Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri, memperoleh kebebasan dan kemndirian.
Perawat yang mengikuti prinsip ini akan menghargai keluhan gejala subyektif (missal : nyeri), dan meminta persetujuan tindakan sebelum prosedur dilaksanakan
(b)   Nonmaleficience
Prinsip menghindari tindakan yang membahayakan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja, resiko atau tidak sengaja membahayakan
Contoh :  kecerobohan perawat dalam meberikan pengobatan menyebabkan klien mengalami cedera
(c)    Benificience
Prinsp bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan kebaikan dengan mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan atau bermanfaat bagi klien.
Dapat terjadi dilemma bila klien menlak tindakan tersebut, atau ketika petugas kesehatan berperan sebagai peneliti
(d)   Justice
Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara.
Contoh :ketika perawat bertugas sendirian sementara ada beberapa pasien di sana maka perawat perlu mempertimbangkam situasi dan kemudian melakukan tindakan secara adil.
(e)    Fidelity
Prinsip bahwa individu wajib setia terhadap setiap komitmen atau kesepakatan dan tanggungjawab yang dimiliki.
Kesetiaan juga melibatkan aspek kerahasiaan atau privasi dan komitmen adanya kesesuaian anatara informasi dengan fakta
(f)    Veracity
Mengacu pada mengatakan kebenaran(Bok, 1992) mengaakan bahwa bohong pada orang sakit atau menjelang ajal jarang dibenarkan.
Kehilangan kepercayaan terhadap perawat dan kecemasan karena tidak mengetahui kebenaran biasanya lebih merugikan.


















BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung kedalam darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar hipofisis terbagi menjadi 2 lobus yaitu hipofisis anterior terdiri dari hormon-hormon yaitu hormone pertumbuhan, hormone Adrenokortikotropin, hormone perangsang tiroid (Tirotropin), prolaktin dan Hormone Perangsang Folikel dan Hormone Luteinisasi. Hipofisis posterior terdiri dari hormon-hormon yaitu hormone antidiuretik dan hormone oksitoksin.
Hipopituitari adalah hiposekresi satu atau lebih hormone hifopisis anterior. (Barbara C. Long).
Penyebab hipofungsi hipofisis termasuk diantaranya :
1.      Defek perkembangan Kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari atau hipogonadisme.
2.      Tumor yang merusak hipofise (mis., adenoma hipofise nonfungsional) atau merusak hipotalamus (mis., kraniofaringioma atau glioma).
3.      Iskemia, seperti pada nekrosis postpartum (sindrom Sheehan ‘s).
4.2  Saran
Kepada pembaca makalah ini, penulis sarankan untuk lebih memahami penyakit Hipopituitari ini supaya dapat membedakannya dengan penyakit secara umumnya.Kepada perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan terutama saat mengkaji klien haruslah dengan kenyataan atau tanda dan gejala yang klien rasakan agar tidak salah dalam melakukan diagnosa dan rencana keperawatannya.



DAFTAR PUSTAKA
C. Long, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah Edisi 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: ECG.
Hayes, Evelyn. R dan Joyce. L.Kee.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: ECG.




1 komentar:

  1. The casino site in Singapore, check out the slot games available
    The online slot machines available at The Casino site in Singapore, check out the luckyclub.live slot games available in Singapore, check out the slot games available in Singapore, check out the slot games available in

    BalasHapus

Konsep Bencana